Sadikin dan Benjamin, |
CENDANANEWS (Malang) – Saat mengunjungi pameran lukisan yang di adakan di kantor DPRD kota Malang, ada dua orang pelukis yang menarik perhatian Cendana News dan juga para pengunjung lainnya. Dua seniman lukis ini berbeda dengan pelukis lainnya, baik dari penampilan maupun cara melukis. Mereka berdua merupakan pelukis difable yang juga tergabung dalam asosiasi AMFPA (Association of Mouth and Foot Painting Artists).
Sadikin Pard (49) pelukis yang dalam menciptakan karyanya menggunakan kaki sebagai pengganti fungsi tangan, sedangkan Benjamin tan Boon Chuan (56) pelukis yang memiliki kemampuan melukis dengan menggunakan mulut. Keduanya adalah pelukis beraliran impresionis dengan teknik melukisnya yang cepat dan menggunakan kanvas, oil dan acrylic sebagai medianya.
Lukisan “Gemuruh” karya Sadikin dan Benjamin |
Sadikin yang berasal dari Malang dan Benjamin yang berasal dari Singapura namun menetap di Jakarta ini mengaku mulai berteman sejak menjadi anggota AMFPA yang kantornya berpusat di Jenewa dan sudah memiliki lebih dari 800 orang anggota.
Sadikin mengaku tidak ada keturunan seniman dalam dirinya, karena dalam keluarganya tidak ada seorangpun yang menjadi pelukis. Namun sejak kecil pada saat dirinya masih duduk di sekolah TK, Sadikin sudah mulai tertarik dengan seni melukis ini.
“Sedangkan kawan saya ini (Benjamin) mulai melukis pada umur 10 tahun,” jelas Sadikin di kantor DPRD Malang, Rabu (15/4/2015).
Sadikin menganggap bahwa kemampuan mereka dalam melukis adalah sebuah anugerah dari yang maha kuasa yang diberikan kepada mereka ber dua, sehingga mereka berdua selalu menggunakan hati dan perasaan mereka dalam melukis.
“Kami berdua sudah sering mengikuti pameran lukisan, baik di Indonesia maupun di luar negeri seperti di Singapura dan Selandia Baru, selain itu kami berdua juga merupakan anggota AMFPA yang produktif karena hampir setiap hari menghasilkan lukisan”, tutur Sadikin kepada Cendana News.
Sadikin dalam pameran lukisan di gedung DPRD kali ini menampilkan 2 buah lukisan sedangkan Benjamin memamerkan 4 buah lukisan. Sadikin mengaku bahwa mereka berdua selama 2 hari acara pameran berjalan sudah menghasil 4 buah lukisan baru. Setiap lukisan pasti memiliki cerita masing-masing , seperti lukisan air terjun karya Benjamin.
“Lukisan tersebut menceritakan tentang rezeki yang melimpah ruah,” ungkap Sadikin.
Selain itu, mereka berdua juga telah berkolaborasi membuat sebuah lukisan yang mereka beri judul “Gemuruh”. Dalam lukisan gemuruh tersebut terdapat perpaduan berbagai macam warna yang menggambarkan bahwa gedung DPRD ini penuh dengan problematika yang harus dihadapi oleh para anggota Dewan.
Mereka berdua terlihat sangat akrab dan kompak. Kekompakan mereka dapat terlihat saat Cendana News menanyakan tentang harga lukisan mereka berdua. Sadikin menjawab “wah kalau lukisan Benyamin ini bisa di tukar dengan sebuah mobil Alpard, kalau lukisan saya cuma bisa di tukar dengan becak, goda Sadikin” yang kemudian ditimpali oleh Benyamin, “ah bohong-bohong itu bohong”. Sadikin yang terlihat masih ingin menggoda Benjamin mengatakan “ bukannya loe tadi bilang kalau lukisan loe mau dituker dengan Alpard, tapi loenya kagak mau” ucap Sadikin dengan logat Jakarta yang kemudian disambut tawa mereka berdua.
Sadikin dan Benjamin berharap dengan keikutsertaan mereka dalam pameran bisa menjadi spirit dan motivasi bagi pelukis lainnya, karena meskipun terdapat kekurangan pada fisik mereka tetapi mereka dapat menghasilkan suatu karya seni berupa lukisan yang indah dan dapat di nikmati banyak orang.