
CENDANANEWS (Kendari) – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat melalui Kedutaan Besar A.S. di Jakarta dan Konsulat Jenderal A.S. di Surabaya menyelenggarakan program American Film Showcase (AFS) . Program ini merupakan inisiatif dari Departemen Luar Negeri A.S. bekerja sama dengan University of Southern California’s School of Cinematic Arts (SCA). Melalui program ini, Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal A.S. mengundang sutradara film dokumenter AS ternama untuk acara film screening dan diskusi mengenai isu-isu masyarakat AS dari sudut pandang sutradara film dokumenter.
Sebagai rangkaian program AFS, Konjen AS mengundang sutradara film AS Leah Mahan, salah satu sutradara film dokumenter terbaik di dunia. Leah Mahan adalah pembuat film dokumenter independen yang karyanya telah dinominasikan oleh Directors Guild of America untuk Pencapaian Sutradara yang Luar Biasa. Film karya Leah, Sweet Old Song (2002), ditampilkan di serial PBS, P.O.V., dan dipilih oleh kritikus film, Roger Ebert, untuk ditayangkan pada Overlooked Film Festival miliknya (Ebertfest). Leah menghabiskan 12 tahun untuk membuat Come Hell or High Water dan diundang untuk bekerja dalam tahap kedua penyuntingan film di Sundance Institute Documentary Editing dan Story Lab. Film pertamanya adalah Holding Ground: The Rebirth of Dudley Street. Karya Leah didukung oleh Sundance Institute Documentary Fund, Independent Television Service, Ford Foundation, dan W.K. Kellogg Foundation.

Konjen AS memilih Kendari sebagai kota pertama yang dikunjungi dalam program AFS ini setelah membaca beberapa berita hangat tentang isu lingkungan hidup di Kendari, salah satunya tentang pembongkaran – penggusuran Kota Lama Kendari yang merupakan cikal bakal bertumbuhnya kota Kendari. Dan juga tentang banyaknya cagar alam di Kendari khususnya dan Sulawesi Tenggara pada umumnya yang belum sungguh-sungguh mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah setempat. (baca berita Penggusuran Kota Lama Kendari yang pernah dipublikasikan oleh Cendana News di sini)
Kedatangan Mahan di Kendari didampingi Carolina Escalera, Public Affairs Officer, Konjen AS Surabaya. Melalui pemutaran film dan diskusi yang diadakan di Cafe 77 Hotel D’Blitz Kendari pada Sabtu (18/4/2015) lalu, Konjen AS dan Lea Mahan berharap bisa memberikan inspirasi bagi anak muda Kendari untuk peduli pada pelestarian lingkungan sekaligus memperjuangkan eksistensi penduduk asli daerah agar tidak digerus dan dimusnahkan oleh urbanisasi dan modernisasi.
Hal ini ditegaskan kembali oleh Lea Mahan ketika salah satu peserta menyampaikan tentang ketertarikan banyak penikmat TV Kabel pada tayangan sejarah dan pelestarian lingkungan yang menjadi program unggulan Channel History dan National Geographic. “Memang, mereka bisa datang ke belahan negara mana pun untuk meliput setiap kisah sejarah di banyak negara, tayangan tersebut bagus untuk edukasi, tetapi untuk benar-benar menyuarakan kepada dunia akan lebih baik jika dilakukan oleh warga negara tersebut dan lebih spesifiknya penduduk asli daerah tersebut” Jelas Lea.
Film dokumenter seperti “COME HELL OR HIGH WATER: THE BATTLE FOR TURKEY CREEK” diharapkan memiliki dampak positif bagi anak muda Kendari pada khususnya dan seluruh anak muda di Indonesia pada umumnya untuk benar-benar memahami sejarah leluhur dari masing-masing wilayah dan Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat kaya dengan adanya suku-suku berbeda di masing-masing pulaunya.
Pada sesi tanya jawab berikutnya, salah satu perserta menyampaikan pessimisnya, menurutnya sosok Derrick Evans adalah sosok yang mustahil untuk ditemui di Indonesia pada umunya dan Kendari khususnya. “Wah, saya sudah tidak yakin ada sosok seperti Derrick di sini, bayangkan dia mau melakukan apa saja demi perjuangannya bahkan kehilangan pekerjaan dan terlilit hutang. Kalau di sini , susah.” Pernyataan tersebut disambut oleh Lea Mahan dengan kalimat diplomatis “Saya tetap yakin ada banyak orang peduli diantara begitu banyak orang yang tak peduli. Pasti ada sosok Derrick di Kendari dan wilayah lain di Indonesia” Pungkas Lea.
Sebelum menutup sesi tanya jawab, Carolina menyampaikan tentang program-program dimiliki Konjen AS dalam mendukung anak muda kreatif di Indonesia yang konsisten dalam perjuangannya melestarikan lingkungan dan sekaligus memperjuangkan eksistensi penduduk asli daerah pedalaman.
Jika Konjen AS peduli dan menyediakan program tersebut untuk anak muda Indonesia, apakah Pemerintah Indonesia memiliki kepedulian konkrit yang sama?
———————————————————————–
Senin, 20 April 2015
Jurnalis : Sari Puspita Ayu
Fotografi : Soeharto Center
Editor : Sari Puspita Ayu
———————————————————————–