Dhrive Thru Oleh-oleh, Konsep Mengenalkan Kopi Lampung

CENDANANEWS(Lampung) – Setiap daerah memiliki kekhasan dalam hal buah tangan atau oleh oleh, seperti halnya Provinsi Lampung yang terkenal dengan keripik pisang, kemplang dan juga produk olahan kopi. Melihat peluang tersebut sesorang bernama Syamsul Hidayat membuat sebuah konsep Dhrive Thru bagi para pengendara kendaraan yang ingin membeli oleh oleh tanpa harus turun dari kendaraan.
Dhrive Thru oleh oleh kopi Lampung yang dibuatnya berada tepatnya di Jalan Trans Sumatera Desa Rawi Sawung Kuring Kecamatan Penengahan Lampung Selatan. Lokasi ini berada kurang lebih 500 meter dari perempatan Palas ke arah Pelabuhan Bakauheni, jadi yang berasal dari arah Bandarlampung yang akan menuju Pelabuhan Bakauheni akan menemukan spanduk spanduk di sisi sebelah kiri Jalan Lintas Sumatera dengan tulisan NGOPI GRATIS.
Akhirnya Cendananews.com berkesempatan mampir ke dhrive thru tersebut untuk melihat secara langsung pembuatan kopi khas Lampung yang ada di pinggir jalan tersebut. Seorang penjaga dhrive thru tersebut terlihat sedang mengayak dan membersihkan biji biji kopi yang baru saja dikupas dari kulit luarnya dan menjadi biji kopi yang siap disangrai.
Zainal Abidin (50) yang sambil duduk terlihat sedang asik mengayak kopi di atas tampah yang terbuat dari bambu. Selain yang dibersihkan beberapa kilo biji kopi yang lain masih berada di karung dan baskom yang siap untuk diproduksi menjadi bubuk kopi.
“Silakan duduk mas sambil ngopi dan beristirahat di peristirahatan yang sudah disiapkan di sini,” ungkap Zainal ramah pada Senin (6/4/2015).
Zainal mengungkapkan konsep Dhrive Thru dibuat oleh sang pemilik yang bernama Syamsul Hidayat. Karena Syamsul Hidayat tinggal di Bandar Lampung, pengelolaan dhrive thru diserahkan kepada Zainal Abidin yang sehari hari berada di tempat tersebut.
Seperti diutarakan Zainal, Dhrive Thru tersebut sudah ada sejak 3 Juni 2012 dan menjadi tempat persinggahan bagi para pengendara yang akan menuju Bakauheni sambil sementara beristirahat. Lokasi tersebut memang cukup nyaman untuk beristirahat karena selain banyak tanaman yang tumbuh di sekitar termasuk pohon kopi coklat, beberapa gubuk untuk beristirahat berada di samping pohon durian.
“Kalau sekedar ingin beristirahat sambil minum kopi kami buatkan kopi gratis di sini, jadi sambil istirahat bisa ngopi dan jika ingin membawa kopi dalam bentuk bungkusan juga kami sediakan sebagai oleh oleh,” ujar Zainal sambil membuatkan segelas kopi.
Setelah membuatkan kopi Zainal menunjukkan lokasi pengolahan kopi sampai menjadi bubuk yang siap dikemas dan dijadikan oleh oleh. Zainal mengaku buah kopi yang akan diolah merupakan kopi yang berasal dari beberapa kebun yang berada di daerah tersebut dengan jenis kopi Robusta yang ditanam di Lampung.
Setelah melalui proses penjemuran kopi kopi tersebut ujar Zainal, ditumbuk untuk memisahkan kulit dengan biji kopi, lalu dijemur lagi hingga kering. Setelah kering biji kopi selanjutnya disangrai menggunakan alat khusus. Proses pematangan kopi membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga kopi yang disangrai menjadi matang. Proses penyangraian yang dilakukan pun masih menggunakan metode tradisional dan menggunakan kayu sebagai bahan pembakaran.
Biji kopi yang disangrai ujar Zainal sebanayk 5 kilogram sekali sangrai, lalu setelah disangrai proses selanjutnya adalh proses penampian untuk membersihkan kotoran selama proses sangrai. Setelah dibersihkan biji kopi akan digiling dengan mesin giling.
“Setelah digiling bubuk kopi yang sudah halus tetap akan diayak dengan ayakan khusus agar menghasilkan bubuk kopi halus yang akan dikemas ke dalam kemasan plastik,” ungkap Zainal.
Proses pembuatan kopi oleh oleh Lampung tersebut menurutnya dibuat tanpa campuran bahan lain sedikitpun. Sebab ia mengaku jika saat ini bisa jadi kopi yang dijual di pasaran dibuat dengan campuran beras, jagung atau nasi aking untuk menambah kapasitas kopi yang dibuat. Namun komposisi seperti itu tak dilakukan di Dhrive Thru Kopi Lampung yang dikelola Zainal.
“Saya jamin murni kopi Lampung dan tanpa bahan pengawet, campuran apapun, para pembeli bahkan bisa melihat proses pembuatannya langsung di sini,” ujar Zainal meyakinkan.
Cara tersebut tegas Zinal merupakan cara sang pemilik Syamsul Hidayat untuk lebih memperkenalkan kopi Lampung sebab budaya minum kopi saat ini seperti sudah menjadi tren. Minum kopi sambil berkumpul dengan kolega, rekan bisnis menjadi semacam budaya yang menjadi peluang bagi para produsen kopi terutama kopi Lampung yang sudah dikenal.
Selama beberapa tahun berdiri, Zainal mengaku sudah banyak pengendara yang mampir ke kedai Dhrive Thru tersebut selain untuk menikmati kopi juga bisa menikmati buah durian jika sedang musim buah durian. Ia berharap kopi Lampung semakin bisa dikenal dengan cara penjualan dan konsep yang dibuat sang pemilik serta seiring dengan makin gemarnya masyarakat mengkonsumsi minuman kopi.
Kopi yang sudah dikemas tersebut dijual dengan harga beragam dari mulai satu bungkus seharga Rp 12.500,- hingga mencapai 25 bungkus yang dijual dengan harga Rp 312.500,-. Kemasan kopi dengan label Dhrive Thru Oleh Oleh Kopi Lampung tersebut dikemas masing masing dalam kemasan 150gram.
Berdasarkan data yang dihimpun Cendananews.com dari Koperindag Lampung, menunjukkan ekspor biji kopi robusta maupun arabika daerah itu menuju beberapa negara, terutama di kawasan Eropa dan Asia.
Selain mengekspor biji kopi robusta, Provinsi Lampung juga ekspor biji kopi arabika meski tidak sebanyak robusta.
Ekspor kopi robusta asal Provinsi Lampung selama Maret mencapai 14.056 ton dengan nilai 28,4 juta dolar Amerika Serikat atau naik bila dibandingkan capaian Februari 2015.
Negara tujuan ekspor kopi Lampung, antara lain Alzajair, Armenia, Belgia, Bulgaria, Republik Ceko, Mesir, Georgia, Jerman, Yunani, Hongkong, India, Italia, Jepang, Malaysia, Maroko, Portugal, Rusia, Singapura, Swis, Inggris, Afrika Selatan, Rumania, Iran, Amerika Serikat, dan Swedia.
Lampung merupakan pemasok kopi robusta terbesar di Tanah Air dengan produksi rata-rata 100.000–131.000 ton per tahun dengan luas areal kopi mencapai 173.670 hektare.
Produktivitas kopi Lampung 883 kg/ha dengan sentra produksi di Kabupaten Lampung Barat (65.010 ha). Tanggamus (43.897 ha) serta 22.594 ha tersebar di Kabupaten Way Kanan, Lampung Utara, Pringsewu dan Pesawaran sebagian kecil di Lampung Selatan.
Lihat juga...