Petani Terbantu Adanya Bendungan Way Asahan

Seorang petani di Desa Pasuruan Kecamatan Penengahan, sedang mencangkul lahan sawahnya[Foto:CND]
CENDANANEWS (Lampung) – Sungai Way Asahan, yang  berhulu di Gunung Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung, merupakan sungai yang melintasi Dusun Way Malim, Dusun Banyumas, dan Dusun Sumbersari di Desa Pasuruan di Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Sungai tersebut merupakan  salah satu anak sungai yang nantinya akan bersatu dengan Sungai Way Pisang.  
Karena pentingnya sungai tersebut bagi warga tak mengherankan banyak dam atau bendungan yang dibuat untuk sarana pengairan sawah.  Bahkan  sekitar jarak  1 kilometer  dari hulu sungai ada sekitar 3 bendungan yang dibuat warga.  Beberapa diantaranya berupa bendungan tradisional  yang tersusun dari batu sungai dan bendungan permanen.   
Sedangkan bendungan permanen yang dibuat oleh pemerintah terletak di Dusun Sumbersari, Desa Pasuruan.  Bendungan selebar 10 meter tersebut dialirkan ke terusan kecil selebar 1,5 ,meter . Terusan-terusan kecil tersebut dibuat untuk mengalirkan air yang mampu mengairi sawah hingga ratusan hektar di Desa Pasuruan maupun Desa Kelaten.  Bendungan tersebut bahkan beberapa kali mengalami perbaikan di tahun 1990-an juga di tahun 2000-an. 
Bendungan tersebut diatur dengan sistem ulir sehingga saat air surut penahan air dari besi yang sudah dipasang bisa diturunkan, dan jika air cukup melimpah bisa dinaikkan agar air tetap mengalir, sisanya dibelokkan ke saluran air yang lebih kecil.
Dampak musim kemarau yang bagi wilayah lain sangat berpengaruh terhadap pasokan air, bahkan tidak bisa menanam dan gagal panen. Hal tersebut tak terjadi di areal persawahan yang dilalui oleh terusan aliran air dari Bendungan Way Asahan tersebut.  Tukiman (45) mengatakan bahwa sawahnya yang mencapai seperempat hektar tak pernah mengalami kesulitan air.  
Hal tersebut dikarenakan bendungan tersebut  terus dipelihara dan  Daerah Aliran Sungai (DAS) yang masih cukup terjaga.  Banyak pepohonan dialiran sungai tersebut yang cukup membantu menjadi wilayah tangkapan air (cathment area). Pohon tersebut diantaranya pohon bambu, pohon gondang, pohon wungu yang tumbuh di sepanjang sungai.
“Sawah yang ada di wilayah kami tak pernah kesulitan air. Bahkan di saat musim kemarau ini banyak petani lain tidak bisa menanam dan panen, kami masih bisa melakukan penanaman padi di lahan sawah kami, “ ujar Tukiman kepada Cendananews.com, Senin (30/3/2015).
Ia bersama warga lainnya bahkan mulai melakukan proses pengolahan sawah. Ada yang menggunakan bajak mesin dan ada yang menggunakan tenaga kerbau.  Bahkan ia mengatakan sebelumnya mendapat hasil padi yang cukup bagus meskipun  daerah lainnya gagal panen.  Areal sawah  babnyak tedapat hampir di sisi kanan dan kiri DAS Way Asahan yan tak  pernah surut tersebut meskipun musim kemarau panjang.
Selain digunakan sebagai sarana pengairan pertanian, sungai tersebut juga digunakan untuk  keperluan warga , mencuci, mandi dan keperluan lainnya.  Bahkan ada yang memanfaatkannya untuk menyirami sayuran dan membuat kerajinan batu bata, yang saat musim kemarau ini banyak dimanfaatkan untuk membuat batu bata. 
Selain itu oleh anak-anak kecil, bendngan tersebut bahkan dimanfaatkan untuk bermain. Mereka mandi di bendungan tersebut  stelah bersepeda menyusuri terusan kecil yang sering digunakan untk track bersepeda. Bahkan setiap akhir pekan tampak puluhan anak yang tampak berloncatan dari atas bendungan untuk mandi.
Bendungan Way Asahan bagi Tukiman dan warga lainnya merupakan bendungan yang sangat penting. Bahkan lebih dari puluhan tahun  ia bisa mengolah sawahnya dan mendapatkan hasil yang baik. Tukiman bahkan bisa mengingat bahwa ia bisa membangun rumahnya yang dahulu geribik dengan batu bata permanen karena adanya bendungan teresbut. Ia membuat batu bata dari air sungai dari aliran bendungan tersebut,  bahkan mengambil batu dan pasir dari Way Asahan serta membeli material bangunan lainnya untuk membangun rumah idamannya dari hasil panen yang melimpah.
“Warga Pasuruan tak akan pernah kelaparan jika Sungai Way Asahan dan bendungan ini masih terjaga. Karena sumber paling utama untuk pertanian adalah air bendungan sungai ini,  “ terangnya.
Bendungan tersebut bahkan disisi bawahnya seluas sekitar seratus meter persegi hampir meyerupai arena bermain anak seperti kolam renang. Di bawahnya lagi sering digunakan oleh warga untuk memandikan kerbau milik mereka sehabis digembalakan atau dipergunakan untuk membajak sawah.
Lihat juga...