CENDANANEWS, “Hubungan Indonesia dan Kolombia sangatlah baik. Semua berdasarkan pada kesempatan (possibilities). Baik Indonesia maupun Kolombia mempunyai keinginan yang sama untuk membawa hubungan kedua negara ke tingkat yang lebih baik.”cetus Dubes Indonesia yang berbasis di Bogota, Trie Edi Mulyani dalam kesempatan wawancara di sela – sela kesibukan Hari ke-3 Raker Keppri di Ruang Nusantara Kemlu RI (4/2).
Indonesia dan Kolombia mempunyai banyak kesamaan. Keduanya sama – sama terletak di daerah ekuator dan dikaruniai oleh tanah yang subur. Indonesia berada di Ring of Fire sementara tanah Kolombia sangat subur karena dikelilingi oleh Pegunungan Andes. Alhasil, hasil bumi kedua negara berlimpah ruah. Kopi khas Kolombia dan Indonesia sama – sama sangat digandrungi oleh dunia.
Dubes yang akrab disapa Bu Nini ini berkata bahwa “Jarak bukan masalah.” Selama ini perdagangan Indonesia-Kolombia sering terhambat oleh jarak yang jauh dan kebijakan perdagangan yang dimiliki oleh kedua negara. Namun dimana ada kemauan, disitu ada jalan, demikian Bu Nini menegaskan.
Kunci Tembus Pasar Kolombia? Kualitas!
“Masyarakat Kolombia tidak keberatan membayar harga premium untuk produk berkualitas baik.” Demikian Bu Nini menyampaikan.
Salah satu dubes unggulan yang getol mencari cara untuk memperkenalkan dan memasarkan Indonesia di setiap kesempatan, Bu Nini menceritakan pengalaman beliau melobi salah satu pengusaha kelas kakap di Kolombia yang memiliki ratusan taksi.
Sesuai dengan prinsip “harga tak pernah berbohong” Bu Nini berhasil membuka pasar untuk suku cadang produksi Indonesia, menggantikan suku cadang yang sebelumnya digunakan. Kini taksi – taksi di Kolombia dengan bangga mengusung ban produksi Indonesia.
Tak hanya itu, rokok kretek dan sepatu Adidas buatan Indonesia pun sangat digemari di Kolombia. Begitu juga dengan kerajinan tangan dan batik kebanggaan Indonesia.
Tua, Muda, Kesempatan Terbuka untuk Semua Pengusaha Indonesia.
Bu Nini mencontohkan perancang muda Indonesia Karen Merlin, yang dengan menggandeng Yayasan Djarum berhasil menorehkan nama di FAREX 2014 (Feria de Artesanías de Exportación) salah satu pameran terbesar produk ekspor dan kerajinan di Amerika Selatan.
Produk – produk kebaya dan batik unik karya Karen Merlin, diperagakan oleh model – model tercantik Kolombia, termasuk salah satunya pemenang Miss Mundo (Miss World) ala Kolombia menjadi primadona di FAREX 2014.
KBRI Bogota juga berhasil memfasilitasi kunjungan grup raksasa Astra ke Kolombia.
Tidak hanya memfasilitasi pengusaha Indonesia ke Kolombia, KBRI Bogota juga rajin memfasilitasi kunjungan pengusaha Kolombia ke Indonesia. Pada tahun 2015 ini, KBRI Bogota akan mengatur tiga kunjungan ke Indonesia, yakni kunjungan pelajar di bulan Juli, kunjungan pariwisata di bulan Agustus dan kunjungan pengusaha Kolombia di bulan September.
Potensi Pariwisata, Lesson Learned dari Kolombia
Nama Indonesia bukannya tidak dikenal di Kolombia. Selain Bali, cantiknya Pulau Komodo pun cukup bergaung disana. Terlebih lagi, masyarakat Kolombia sangat menggemari pantai yang indah, satu hal yang bertebaran dari Sabang sampai Merauke di Indonesia.
“Satu hal yang dapat dipelajari Indonesia dari Kolombia adalah agrowisata.”beber Bu Nini. “Indonesia dan Kolombia sama – sama memproduksi pisang, tapi di Kolombia, kebun pisang ditata dengan sangat cantik. Pisang dibungkus dengan plastik beraneka warna, menandakan jenis dan waktu kematangan, memastikan semua produk akan dipanen di waktu yang tepat.
Tidak hanya itu, pemerintah dan pengusaha Kolombia berhasil menjadikan agrowisata sebagai wisata keluarga. Di perkebunan kopi, tidak hanya dibuka kunjungan ke kebun kopi, tapi juga dibangun “Rumah Kopi” dimana pengunjung bisa menikmati hasil olahan kopi segar yang baru diolah.
Lebih jauh lagi, di kompleks kebun kopi dibangun waterboom, hotel dan fasilitas yang memadai, menjadikan agrowisata menjadi sangat menarik.
“Di Indonesia, kita punya kebun teh di Puncak. Jika bisa dibangun seperti agrowisata di Kolombia, bayangkan potensinya.”kata Bu Nini.
Keamanan Kolombia Terjamin
Saat berjalan – jalan di Kolombia, akan ada banyak tentara berjalan – jalan membawa senapan laras panjang. Namun uniknya, di Kolombia, semakin banyak tentara, semakin aman suatu daerah. Masyarakat Kolombia sama sekali tak terganggu dengan kehadiran senapan – senapan ini. Semakin banyak, semakin aman.
“Kolombia sudah berubah. Pertama kali menginjakkan kaki di Kolombia tahun 1995 dengan saat ini, perubahannya sangat drastis. Keamanan Kolombia kini sangat stabil.”kata Bu Nini menjelaskan tentang negara yang kini sering disebut sebagai “Bintang Amerika Latin” ini.