Pemimpin Korut, Kim Jong Un, pekan lalu mengungkapkan kesediaannya untuk mengaktifkan kembali sambungan telepon yang diputus pada awal Agustus, sebagai protes terhadap latihan militer gabungan Korsel dan Amerika Serikat.
Dalam pidatonya di Majelis Tertinggi Rakyat, parlemen yang selalu menyetujui eksekutif di negara tertutup itu, Kim mengatakan ancaman militer AS dan kebijakan bermusuhan tetap tidak berubah di bawah pemerintahan baru Presiden Joe Biden.
Kim telah membuat analisis rinci tentang kecenderungan kebijakan pemerintahan Presiden AS Joe Biden terhadap Pyongyang dan mendesak pemeliharaan penangkal strategis dan taktis yang tepat dengan Amerika Serikat.
Korea Utara juga membantu mendanai program rudal nuklir dan balistik dengan sekitar 300 juta dolar AS atau sekitar Rp4,2 triliun yang dicuri melalui peretasan dunia maya, menurut laporan rahasia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin.
"Kegiatan politik luar negeri kami harus difokuskan dan diarahkan kembali untuk menundukkan AS, musuh terbesar kami dan hambatan utama bagi perkembangan inovatif kami," kata Kim pada Jumat, menurut laporan KCNA mengenai sambutannya.