Di Jerman sepak bola dikelola dari Grassroots Level. Lewat kerja sama sekolah dan klub (misalnya DFB Stützpunkte). Anak-anak bermain kompetisi lokal tiap minggu. Bukan turnamen tahunan. Federasi menyediakan kurikulum pelatihan dan blueprint pembinaan nasional.
Bagaimana mengelola Liga Pelahar?
Kemenpora & Kemendikbudristek menyediakan panduan teknis, struktur liga, jadwal, dan pembiayaan. Kolaborasi pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan & KONI daerah. Melakukan sertifikasi pelatih dari guru olahraga — pelatihan dasar sport science & metodologi pembinaan.
Menyusun Kalender kompetisi tetap (misal: 9 bulan aktif, 3 bulan libur). Pendanaan gotong royong: APBD, CSR lokal, sponsor, dan kontribusi sekolah. Digitalisasi & pencatatan data atlet — agar prestasi tiap anak bisa terlacak dari tahun ke tahun.
Liga Pelajar berjenjang bisa menumbuhkan budaya kompetisi. Menghemat biaya (memanfaatkan fasilitas sekolah, para guru). menghasilkan talenta yang siap direkrut klub profesional. Satu hal lagi mengurangi tawuran pelajar.
Kemenpora perlu mempertimbangkan serius Liga Pelajar. Konsep ini telah terbukti berhasil di negara-negara berprestasi. Seperti Jepang, Korea, AS, dan Jerman.
Naturalisasi terbukti bukan garansi prestasi.
- ARS – Jakarta (rohmanfth@gmail.com)