Pengibar bendera “one pice” bermakna “solidaritas perlawanan” bisa jadi berasal dari dua pihak. Mungkin tiga pihak.Pertama, mungkin memang mulai ada sisiran-sisiran pendukung Presiden Prabowo mengalami perasaan ditinggalkan. Berbagai sebab. Bisa saja karena komunikasi yang terputus. Terluka kebijakan yang tidak memuaskan. Atau situasi ekonomi tak kunjung memberi harapan.
Kedua, berasal dari oposisi. Kelompok yang selama ini berseberangan dengan Presiden Prabowo. Setelah beragam narasi gagal mengusik eksistensi rezim, mereka gunakan bendera “one piece”.
Ketiga, kelompok netral yang terdorong tren sosial. Mungkin mereka tidak anti atau pro rezim. Mereka melihat fenomena “one piece” sebagai cara lucu. Sekaligus menyindir kondisi negara
Jika pengibar bendera bajak laut itu menjadikan “one piece” simbol perlawanan. Artinya: “Kami tidak lagi di kapal yang sama dengan kalian (pemerintah)”. Bisa jadi sifatnya masih terbatas. Perlu dikonfirmasi survei. Berapa tingkat kepuasan masyarakat saat ini. Berbagai lembaga survei belum ada rilis lagi.
Bukan berarti maraknya fenomena “one piece”, serta merta semua rakyat memutus legitimasi rezim. Akan tetapi bisa saja ini sebuah early warning sign. Bahwa jarak antara rezim dan rakyat sudah cukup terasa untuk perlu diekspresikan secara kolektif dan kreatif.
Berapapun skalanya, pemerintah perlu evaluasi terkaitnya pesan perlawanan itu. Bahwa mulai ada gelombang perasaan rakyat telah ditinggalkan.
- ARS – Jakarta (rohmanfth@gmail.com)