Festival Gau’ Maraja Leang-leang 2025: Kenalkan Situs Arkeologis Indonesia ke Dunia

“Usia Kabupaten Maros memang baru 66 tahun, tetapi jejak peradabannya lebih dari 50 ribu tahun,” katanya. Ia merujuk pada temuan- temuan ilmiah di kawasan gua prasejarah di Maros-Pangkep, termasuk Leang Karampuang, yang telah ia kunjungi beberapa waktu lalu.

“Lukisan purba tertua di dunia, berusia 51.200 tahun, ditemukan di Leang Karampuang. Ini membuktikan bahwa warisan budaya tertua bukan berasal dari negara atau benua lain,
melainkan dari Indonesia, dari Maros,” tegasnya.

Menurut Menbud Fadli, kekayaan arkeologis dan budaya Maros merupakan bukti nyata bahwa Indonesia adalah salah satu peradaban tertua dan terkaya di dunia.

Ia menyebut keberagaman budaya Indonesia sebagai bagian dari megadiversity yang harus terus dipromosikan, mulai dari seni tari, musik, teater, hingga senjata tradisional, seperti bilah, badik, dan keris.

Lebih lanjut, Menbud Fadli juga menyoroti pentingnya posisi kebudayaan sebagai pilar
pembangunan nasional.

Ia menjelaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menjadikan kebudayaan sebagai fondasi penting dalam Astacita ke-8.

“Kebudayaan menyangkut jati diri dan identitas bangsa. Di tengah derasnya arus globalisasi dan informasi, kita harus mengokohkan kebudayaan nasional kita,” ujarnya.

Dengan potensi budaya dan alam luar biasa yang dimiliki Maros, Menbud Fadli menilai bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat kebudayaan dunia.

Festival Gau’ Maraja pun dianggap sebagai momentum strategis untuk memperkenalkan warisan budaya dan situs arkeologis Indonesia kepada dunia.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Fatmawati Rusdi, mengatakan, “Ulang tahun Kabupaten Maros bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum refleksi dan proyeksi untuk melihat kembali perjalanan yang telah dilalui, dan merancang masa depan yang lebih baik, demi Maros yang maju, inklusif, dan berdaya saing.”

Lihat juga...