Menteri Kebudayaan: Kontribusi Budaya Indonesia Penting untuk Perdamaian Dunia
JAKARTA – Selama lebih dari empat dekade, Indonesian Student Association for International Studies (ISAFIS) telah membangun pemahaman dan kolaborasi di kalangan
pemuda, mendorong diplomasi budaya sebagai pondasi untuk harmoni global.
Dalam rangka merayakan ulang tahun ke-41, ISAFIS pada hari ini menyelenggarakan forum diskusi bertajuk “Cultural Diplomacy for Peace Building: On Soft Launching of Jakarta School of Peace – World Peace Messenger Foundation and 41st ISAFIS Anniversary.
Pada forum yang berlokasi di Auditorium Perpustakaan Nasional, Gambir, Jakarta Pusat
tersebut dihadiri oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, yang menyampaikan pidato
kebudayaan berjudul “Cultural Diplomacy for Peace Building.”
Selain itu kegiatan ini turut dihadiri oleh Drs. U. Saefudin Noer, MSi – selaku Presiden WPM Foundation.
Menteri Kebudayaan pada pidato kebudayaannya menyampaikan kepada para peserta jika
dalam dunia internasional, soft power atau budaya dapat menyatukan.
Namun menurutnya kekayaan budaya kita hingga kini belum digunakan sebagai soft power.
“Jadi kita ini salah satu peradaban yang tertua di dunia. Berbicara tentang budaya dan
peradaban, kita bicara tentang Nusantara dari 1,8 juta tahun yang lalu yang telah
meninggalkan banyak peradaban seperti peralatan hingga lukisan-lukisan purba,” jelas
Menbud.
Menurut Menbud kalau kita melihat Indonesia dari keragaman budaya, seharusnya ini yang menjadi identitas nasional.
Lahirnya Kementerian Kebudayaan menurutnya salah satunya adalah ingin mengajak kita untuk menemukan kembali budaya kita.
Menurutnya kalau kita bisa bergerak dari situ (budaya), kita bisa mendapat pondasi kuat. Yakni sebagai salah satu negara yang peradabannya tertua di dunia, bukan sebagai negara yang baru merdeka.