Mengingat Pembantaian Warga Kemusuk di Balik Peristiwa Heroik Serangan Umum 1 Maret

Jurnalis : Jatmika H Kusmargana

Peristiwa tersebut, kata Lukman menjadi sejarah kelam dimana ratusan warga Kemusuk-Somenggalan meninggal dunia karena amukan tentara Belanda yang gagal menemukan Letnan Kolonel (Letkol) Soeharto rumahnya yang berada di Desa Kemusuk.

Penulis sejarah dari YKCB Noor Johan Nuh bahkan menilai peristiwa pembantaian warga sipil Kemusuk-Somenggalan itu merupakan peristiwa genosida yang bisa dikategorikan dalam pelanggaran HAM yang berat.

“Kami berharap dengan mengenang peristiwa pembantaian di desa Kemusuk ini, bisa menggugah kepedulian dan bisa menjadi ruh bagi generasi penerus bangsa agar memiliki sikap patriotisme dan nasionalisme dalam mengisi cita-cita proklamasi kemerdekaan RI 1945,” kata Lukman.

Menurut Lukman, jiwa patriotisme dan pengorbanan yang sangat besar sebagaimana dilakukan warga masyarakat desa Kemusuk di masa lalu bisa menjadi teladan bersama seluruh elemen masyarakat khususnya generasi muda hingga kapanpun.

Sementara itu, Guru Besar Sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM), Djoko Suryo menuturkan momentum peringatan 1 Maret harus dimaknai dengan mengambil semangat perjuangan untuk menjalani kehidupan bangsa ke depan.

“Urgensi mengenang Serangan Umum 1 Maret tidak lain adalah meningkatkan nasionalisme, kesadaran sebagai sebuah bangsa dan kedaulatan negara. Kita harus berbuat sesuatu yang baik agar perjuangan para pendahulu tidak sia-sia seperti pembentukan karakter bangsa yang bisa dilihat dari nilai-nilai pantang menyerah, berani, dan kompak,” ungkapnya.

Lihat juga...