Presiden Soeharto dan Trilogi Pembangunan

Oleh: Abdul Rohman

Apapun dinamikanya, pendekatan stabilitas telah memungkinkan Indonesia mampu membangun secara stabil. Membangun secara bertahap dan berkelanjutan dalam kurun tiga dekade. Selama pemerintahan Presiden Soeharto.

Pendekatan kedua adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan diperlukan agar bisa membuka lapangan kerja dan meneteskan kue pembangunan ke segenap lapisan masyarakat. Pada era Presiden Soeharto ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata di atas 7 persen dalam rentang tiga dekade. Hal inilah yang mengantarkan Indonesia pada predikat sebagai miracle Asia. Indonesia keluar dari statusnya sebagai negara miskin dan memasuki status baru sebagai negara industri baru.

Sedangkan pemerataan pembangunan dilakukan melalui delapan jalur pemerataan pembangunan. Hal ini telah menjadikan kesenjangan pada era Presiden soeharto relatif kecil jika dibanding dengan era setelahnya.

Reformasi menggugat kebijakan-kebijakan yang ditempuh Presiden Soeharto. Spiritnya tentu untuk menuju situasi yang lebih baik jika dibanding era orde baru.

Faktanya pada era reformasi pertumbuhan belum pernah mencapai tujuh persen per tahun. Apalagi rata-rata pertumbuhan sepanjang reformasi.

Kesenjangan antara kaya dan miskin semakin melebar. Hal ini dibuktikan dengan gini ratio pada era reformasi yang semakin tinggi.

Skala prioritas pembangunan menjadi kurang akurat. Hal ini disebabkan oleh tiadanya GBHN. Pendulum politik tahun berjalan kemudian menjadi faktor pendorong ditetapkan skala-skala perioritas pembangunan.

Bukan prioritas dalam perspektip kepentingan bangsa. Bahkan terkadang terbebani oleh perilaku transaksional antar kelompok kepentingan politik.

Lihat juga...