Masyarakat Diminta Tak Samakan COVID-19 dengan Flu Biasa
JAKARTA – Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman, meminta masyarakat untuk tidak menyamakan dan menganggap remeh gejala yang disebabkan oleh COVID-19 dengan gejala dari flu biasa.
“Saya sebagai dokter juga dulu pernah di program HIV/AIDS. Gejalanya sama seperti covid juga di awal. Tapi, apakah itu flu? Kan, bukan. Sama, covid itu bukan flu dan COVID-19 tidak akan pernah menjadi seperti flu,” kata Dicky, saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (5/2/2022).
Dari sisi penularan, Dicky membenarkan bila gejala COVID-19 sebagian besar mirip seperti flu biasa, yakni terjadinya batuk, pilek bahkan demam.
Namun, terdapat perbedaan di mana pasien yang positif terinfeksi mengalami gangguan penciuman, meskipun pada Omicron tak banyak terjadi.
Bahkan, memiliki daya tular yang sangat cepat sehingga COVID-19 tidak akan pernah menjadi seperti flu pada umumnya.
“Gejala seperti flunya memang ada. Tapi ini bukan penyakit flu. Perlu diketahui, bahwa semua penyakit virus yang parah ini ya seperti flu ada namanya flu like illness,” katanya.
Dicky menegaskan, apapun varian yang ada pada COVID-19, tidak dapat menular dengan sendirinya, selain ditularkan dari orang yang terinfeksi.
Apabila masyarakat abai dan tidak membatasi diri, maka interaksi sosial menjadi tidak terkendali dan berisiko meningkatkan kasus orang yang terpapar di Tanah Air.
Sebab, COVID 19, kata dia, dapat memberikan dampak jangka panjang yang dapat mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat Indonesia menjadi menurun.
Bila terus berlanjut, pandemi akan menjadi beban dalam perekonomian negara karena adanya potensi long covid.
Akibatnya, banyak aktivitas dalam masyarakat terpaksa harus diberhentikan, membuka peluang varian baru yang mungkin memiliki sifat lebih ganas muncul kembali dan meningkatkan jumlah orang yang meninggal dunia.