Kebocoran-Pencurian Data Jadi Tantangan Besar di 2022
Selain terjadi pada institusi- institusi besar, kebocoran dan pencurian data juga ternyata secara tidak langsung berhubungan erat dengan perilaku pemilik data.
Potensi untuk data seseorang bocor melalui ruang digital ternyata ditengarai oleh perilaku pemilik data yang tidak sadar telah membocorkan data pribadinya kepada publik.
Masih banyak kasus kebocoran dan pencurian data yang sebenarnya bisa dibicarakan, namun yang jelas kondisi ini mengingatkan kita untuk lebih mawas diri ketika berselancar di ruang digital.
Untuk lebih memahaminya, mari kita bahas lebih mendalam terkait masalah pencurian dan kebocoran data ini.
Lihainya Para Pencuri Data
“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan.”
Kutipan itu rasanya tepat untuk menggambarkan posisi para pencuri data yang terus berupaya mengambil data lewat ruang digital yang kian berkembang.
Kita mungkin lebih mengenal mereka dengan sebutan hacker, biasanya mereka mencari celah dan kekurangan dari sebuah sistem di ruang digital untuk kemudian mengambil alih hingga membobol data dari pemilik sistem.
Beruntung bila hacker tersebut merupakan bug bounty dan dengan kooperatif membantu pemilik sistem untuk membenahi sistemnya agar makin kuat.
Namun, sayangnya kebanyakan hacker lebih memilih jalur yang buruk dan menjual hasil “rampasan” dari sistem yang dibobolnya lewat forum-forum.
Kasus kebocoran data BPJS Kesehatan pada Mei 2021 merupakan salah satu ulah dari hacker yang menjual hasil buruannya lewat forum bernama Raid Forum.
Kebocoran data lewat institusi juga di tengah berkembangnya ruang digital ternyata bisa terjadi secara tidak langsung, karena acara- acara yang dilakukan oleh institusi.