Pengamat Unpad: Keputusan ASEAN Momentum Kontemplasi bagi Myanmar

Teuku menambahkan bahwa belum pernah terjadi sebelumnya di antara anggota ASEAN yang tidak mematuhi produk hukum bersama.

“Myanmar tidak taat kepada komitmen bersama terkait hukum internasional dan melanggar janjinya sendiri. Dia janji dalam waktu setahun akan gelar pemilu, juga tidak ada perwakilan masyarakat yang dia gulingkan. Komitmen moral pun tidak ada,” katanya.

Dia menjelaskan berbagai faktor yang membuat Myanmar mengambil sikap seperti itu, salah satunya hubungan perdagangan Myanmar dengan negara-negara ASEAN, terutama Indonesia tidak kuat.

Sehingga, lanjut dia, menurunkan daya tawar ASEAN dibandingkan dengan China yang dinilai dekat dengan Myanmar.

Internal trade Myanmar dan Indonesia tidak tinggi. Perdagangan Myanmar berfokus kepada Indochina. Indonesia, Malaysia, Brunei terlalu tidak berani menekan karena tidak ada yang bisa kita tawarkan. Kalau mau konsesi harus ada take and give-nya,” ujarnya.

Selain itu, menurut dia, kondisi geografis Indonesia juga jauh dengan Myanmar dibandingkan dengan China yang bisa secara langsung mempengaruhi Myanmar.

Untuk itu, Teuku menyarankan Ketua ASEAN saat ini, yakni Brunei Darussalam agar membuka dialog secara terbatas dengan Myanmar.

“Bahwa dalam kondisi saat ini yang kita lakukan menjadi spotlight dunia. Mereka akan melihat. Sebaiknya Myanmar tetap di ASEAN, tetapi untuk saat ini Myanmar tidak ada dulu biarkan kami membahasnya secara terbuka. ASEAN boleh mengambil keputusan tanpa semua harus hadir, tapi dipastikan Myanmar tetap mendapatkan informasi,” katanya. (Ant)

Lihat juga...