Busuk Daun Paling Banyak Mengancam Budidaya Kentang di Indonesia

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

BANDUNG — Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura, Kementerian Pertanian terus melakukan identifikasi dan upaya pengendalian terhadap organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada budidaya kentang di Indonesia.

Berdasarkan temuannya sejak Januari hingga September 2021, Direktur Perlindungan Hortikultura, Inti Pertiwi Nashwari menyebut, OPT yang paling banyak merusak tanaman kentang adalah busuk daun, yaitu 51,9 persen dari total kasus.

“Ini hasil temuan tim kami di lapangan dan laporan-laporan yang masuk ke kita setiap minggu nya. Memang busuk daun yang terbanyak, disusul lalat penggorok daun, nematoda atau sista kentan, dan beberapa OPT lainnya,” kata Inti dalam webinar bertajuk Cara Cerdas Mengendalikan OPT Kentang yang diikuti Cendana News, Senin (18/10/2021).

Menurut Inti, gejala busuk daun mulai menyerang tanaman kentang dari daun bagian bawah. Setelah itu akan muncul bercak kecil yang semakin lama akan berwarna coklat atau hitam dan menyebar pada ujung dan tepi daun.

“Kalau sudah melihat gejala seperti ini, maka hampir dapat dipastikan itu mengalami busuk daun. Tentu saja hal tersebut dapat menggangu kualitas kentang dan tumbuh kembangnya,” jelas Inti.

Sementara itu, di forum yang sama, Peneliti pada Badan Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Kementerian Pertanian, Ineu Sulastri menambahkan, OPT dapat diatasi dengan melakukan pengelolaan terpadu, yakni menggunakan benih bersertifikat, pengendalian kultur teknik, pengendalian fisik dan mekanik, pengendalian biologi, serta pengendalian dengan regulasi.

“Yang paling utama tentu saja menggunakan benih atau bibit kentang yang sudah bersertifikat, dengan kata lain sudah lulus uji kesehatan benih. Karena benih yang sudah bersertifikat ini dapat dipastikan memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dan tidak mudah mengalami penyakit busuk daun,” jelas Ineu.

Lihat juga...