Petani di Sikka Perlu Lakukan Peremajaan Kakao
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
MAUMERE – Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) banyak yang perlu dilakukan peremajaan agar hasil produksi kakao bisa meningkat dan penyakit busuk buah bisa hilang.
“Banyak kakao milik petani rata-rata sudah berumur dua puluh tahun sehingga perlu diremajakan,” saran Direktur Wahana Tani Mandiri, Carolus Winfridus Keupung saat dihubungi, Senin (27/9/2021).

Win sapaannya mengatakan, peremajaan kakao dapat dilakukan mayoritas petani di NTT yakni dengan cara generatif, menanam kakao menggunakan biji dengan cara dimasukkan ke dalam polybag.
Dia sebutkan, cara generatif dipilih sebab akar tunjangnya akan lebih kuat, dan petani tidak kehilangan pendapatan selama tanaman kakao yang baru belum berbuah dan dipanen.
“Setelah tanaman kakao yang baru sudah berbuah sekitar 2 sampai 3 tahun, baru kakao yang sudah tua ditebang. Petani perlu menggunakan kakao dari bibit unggul agar lebih tahan terhadap hama dan produksi meningkat,” pesannya.
Sementara itu lanjutnya, peremajaan secara vegetatif memang membutuhkan waktu yang lebih cepat, sekitar 9 bulan kakao sudah bisa berbuah dan dipanen.
Namun kata Win, metode vegetatif seperti sambung samping dan sambung pucuk perlu ada pelatihan terlebih dahulu, dan tanaman induk harus dipangkas terlebih dahulu.
“Metode vegetatif sulit diterapkan di kalangan petani karena rata-rata petani tidak mau tanamannya dipangkas atau dipotong. Peremajaan memang harus dilakukan agar produksi meningkat dan penyakit busuk buah bisa hilang,” pesannya.