Penyelamatan Warisan Budaya, Sejumlah Masjid Dikembalikan ke Kraton Yogyakarta
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Akibat pengelolaan tanpa ijin dari masyarakat sekitar itu, sejumlah masjid diketahui mengalami banyak perubahan bentuk. Masjid Sambisari misalnya. Sejumlah bagian asli masjid ini, diantaranya kolam/parit keliling yang menjadi ciri khas masjid Kraton hilang, karena diubah menjadi lantai teras masjid. Dengan alasan mengganggu kenyamanan warga.
Tidak hanya soal fisik bangunan masjid, sejumlah tradisi dan budaya ke-Islaman masjid Kraton juga nampak pudar bahkan hilang, akibat pengelolaan masyarakat tanpa pelibatan pihak Kraton Ngayogyakarta selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Padahal masjid-masjid Kraton ini memiliki sejarah panjang dalam proses penyebaran Islam di Yogyakarta.
Sementara itu Takmir Masjid Sambisari, Achmad Nur Aziz, mengaku menyambut baik. Ia berharap upaya ini bisa membuat pengelolaan masjid Sambisari menjadi semakin baik di masa yang akan datang.
“Kita warga sekitar sangat mendukung. Karena bagaimanapun, masjid ini juga telah menjadi identitas sekaligus kebanggaan warga masyarakat sekitar Sambisari,” katanya.
Menurut catatan, masjid Kagungan Dalem Sambisari ini dibangun tahun 1770 atau sekitar 250 tahun silam. Selain menjadi pusat dakwah Islam di Yogyakarta bagian timur, masjid ini juga digunakan sebagai pusat pertahanan serta pusat pemerintahan maupun kegiatan budaya lainnya. Seperti halnya masjid Kraton pada umumnya, masjid Sambisari juga juga memiliki kompleks makam di bagian belakang bangunan masjid.
Sejumlah tokoh dimakamkan di tempat ini. Antara lain Raden Mas Kyai Chasan Bisri atau Kyai Muhsin Besari yang merupakan putra Kyai Nur Iman Mlangi, serta adik dari Raden Mas Kyai Mursodo Plosokuning. Yang merupakan pendiri awal masjid Sambisari.