Pendidikan Karakter Juga Bisa Terbentuk Lewat PJJ

Editor: Koko Triarko

“Untuk pendidikan karakter patokannya adalah nilai dari sekolah masing-masing. SMP saya akan memiliki nilai berbeda dengan SMP lainnya. Tapi hal yang sama adalah pendidikan karakter hanya bisa berhasil, jika ada proses pembiasaan, evaluasi dan pemberian tuntutan pada para siswa. Dan, hal ini lah yang harus kita adaptasikan dalam pembelajaran daring,” kata Wahyu.

Ia menyampaikan, bahwa saat ini era para pelajar adalah era di mana mereka sudah terbiasa dengan You Tube dan Google. “Mereka sudah terbiasa mencari sendiri. Sehingga ada peran guru yang tergantikan, yaitu dalam mengajari. Tapi ada satu peran guru yang tak mungkin bisa tergantikan oleh teknologi digital, adalah pendampingan untuk pengembangan karakter,” ujarnya.

Ia menegaskan, bahwa karakter tak akan bisa dibentuk dengan mesin, secanggih apapun teknologinya, karena pembentukan karakter membutuhkan interaksi antarmanusia.

“Di Regina Pacis, karakter yang ingin dibentuk adalah pribadi humanis dan berwawasan global, yang tak berbeda dengan kompetensi siswa abad 21, yaitu 4C (Communication – Collaboration – Critical Thinking and Problem Solving – Creativity & Innovation). Kalau berwawasan global, pastilah bisa dapat karena aksesnya terbuka luas. Lalu, bagaimana sisi humanisnya?” papar Wahyu.

Ia menyampaikan, pembentukan karakter tak akan bisa tercapai jika tak ada perubahan cara pengajaran dan pembelajaran di era pandemi ini.

“Dengan integrated learning berbasis proyek yang sudah kami lakukan sejak September 2021, semua itu memungkinkan tercapai. Karena terbentuk suatu interaksi antara guru dan siswa dengan siswa yang memanfaatkan teknologi. LSM nya pakai Microsoft 365 untuk pembelajaran dan meeting, juga menggunakan zoom, whatsapp untuk pendampingan kelompok dan kanal youtube untuk upload produk siswa,” paparnya lebih lanjut.

Lihat juga...