Masjid Sambisari, Menyimpan Sejarah Perkembangan Islam di Yogyakarta
Editor: Makmun Hidayat
YOGYAKARTA — Terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta, Masjid Sambisari mungkin sepintas terlihat seperti masjid pada umumnya. Padahal masjid ini sebenarnya merupakan salah satu masjid tua yang menyimpan sejarah perkembangan Islam di Yogyakarta.
Ya, masjid dengan bangunan seluas 400 meter persegi ini merupakan salah satu dari sekian banyak masjid Kagungan Dalem atau masjid milik Keraton Yogyakarta. Dibangun tahun 1770 masjid ini juga memiliki areal makam di bagian belakang sebagaimana masjid keraton pada umumnya.
Seperti masjid keraton lainnya, ciri Masjid Sambisari sama persis dengan masjid yang ada di Plosokuning dan Mlangi. Yaitu terdapat makam kuno, bangunan berbentuk bujur sangkar, beratap tumpang dua, memiliki bedug dan mimbar, serta kolam mengelilingi masjid. Sayangnya karena selama berpuluh puluh tahun dikelola masyarakat sekitar, kolam serta sejumlah pohon sawo di sekeliling masjid, telah hilang dan tanpa bekas.
Salah seorang tim dari Golongan Kemasjidan Kawedanan Pangulon Keraton Yogyakarta, Rachmadi Seloharjoso, mengatakan pembangunan Masjid Sambisari memang tidak bisa dilepaskan dari Masjid Patok Negoro di Plosokuning dan Mlangi, Sleman.

Pembangunan Masjid Sambisari tepatnya dilakukan oleh Muhammad Cahsan Bisri di atas tanah sultan atau tanah perdikan sekitar 250 tahun silam. Kemudian diteruskan oleh sepupunya bernama Muhammad Salim yang merupakan imam pertama Masjid Sambisari.