Budi Daya Teh Kurangi Kemiskinan Ekstrem

Oleh karena itu, upaya pembenahan dari hulu hingga hilir perlu diintensifkan agar industrinya bisa bergairah kembali dan menjadi komoditas unggulan penghasil devisa.

Dirjen Perkebunan Kementan Kasdi Subagyo menunjukkan data bahwa produksi teh di dalam negeri sepanjang 2019 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan pada 2018.

Sepanjang 2019, jumlah produksi teh di dalam negeri mencapai 137.902 ton atau lebih rendah 1,74 persen dibandingkan dengan produksi sepanjang 2018 yang mencapai 140.236 ton.

Seluruh produksi, baik perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, maupun perkebunan besar swasta juga menunjukkan penurunan sepanjang 2019.

Penurunan terbesar terjadi pada kelompok perkebunan besar swasta yang mencapai 2,54 persen menjadi 34.560 ton.

Meski demikian, untuk mendongkrak lagi kinerja, menurut dia, Indonesia memiliki teh berkualitas tidak kalah dengan China, hanya memang mesti ada manajemen seperti korporasi petani supaya berdaya saing dan meningkatkan daya saing.

Untuk itu, dalam upaya menaikkan posisi nilai tawar petani, pihaknya akan berupaya menyatukan para petani teh agar dapat berkorporasi dengan mitra, baik swasta maupun BUMN.

Seperti halnya yang sudah terjadi di kopi, komoditas teh akan ditingkatkan, baik dari sisi daya tariknya, nilai tambahnya, maupun daya saingnya.

Pun hal itu juga disepakati oleh Dirjen Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim, yakni konsepnya Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR) yang mengorganisasikan teh rakyat dalam sebuah institusi bisnis formal, untuk bermitra dengan PBS atau PBN.

Selain itu, perlu diberikan fasilitas untuk menembus pasar ekspor, seperti pameran di dalam dan luar negeri, di mana saat ini pemerintah menyiapkan sejumlah langkah terkait dengan industri teh di dalam negeri, antara lain gerakan konsumsi teh nasional dan insentif fiskal lainnya yang dapat menggairahkan industri ini, terutama di paling hulu.

Lihat juga...