Pertahankan Produktivitas, Petani di Lampung Selatan Lakukan Pergiliran Tanaman
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
LAMPUNG — Pergiliran tanaman atau crop rotation jadi salah satu metode pertanian yang diterapkan petani di Lampung Selatan. Langkah tersebut bertujuan untuk menjaga kesuburan tanah, meminimalisir populasi hama.
Sarijan, petani di Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan menyebut pergiliran tanaman atau rotasi dilakukan sebagai kearifan lokal petani yang dilakukan secara tradisional. Pergiliran memperhitungkan kearifan lokal petani menentukan masa tanam pertama, masa tanam kedua dan masa tanam ketiga.
“Setelah menanam terong dan tomat, mulsa plastik bisa dipergunakan untuk menanam cabai merah atau digunakan secara tumpang sari. Terlebih dahulu melakukan penyediaan media tanam berupa tanah, pupuk organik yang dicampurkan sebelum dibentuk menjadi guludan, lalu ditutup mulsa plastik,” terang Sarijan saat dikonfirmasi Cendana News, Senin (30/8/2021).
Penanaman cabai merah sebut Sarijan memanfaatkan pasokan air yang terbatas. Pada masa tanam ketiga dengan pasokan air terbatas ia masih bisa memanfaatkan sistem kocor. Penggunaan mulsa plastik menghindari penguapan sehingga tanaman selalu mendapat pasokan air. Mulsa sebutnya jadi pembenah tanah agar tidak terjadi erosi saat penyiraman.
Penutupan tanah pada proses pergiliran tanaman sebut Sarijan tetap terjaga. Pola tersebut berbeda dengan pergiliran tanaman sistem terbuka sehingga kerap menyebabkan erosi. Mempergunakan mulsa plastik dalam pertanian sistem pergiliran tanaman efektif dilakukan. Curah hujan yang kerap menggerus permukaan tanah gembur bisa dipertahankan selama pergiliran tanaman.
“Jenis tanaman yang dipilih dominan sayuran, tanaman bumbu dengan perakaran serabut sehingga mudah dibersihkan,”ulasnya.