Perlu Pendampingan Intensif dalam Inovasi Rumput Laut ke Bioplastik
JAKARTA — Kebijakan untuk menerapkan inovasi sektor kelautan seperti produksi rumput laut menjadi bioplastik perlu pendampingan yang intensif kepada kelompok warga yang biasa menanam komoditas tersebut, dengan pendekatan yang tepat dan berkelanjutan.
“Konsep WPP (wilayah pengelolaan perikanan) bila diterapkan dengan tiga pendekatan sustainable and responsible fisheries, yaitu berbasis sains, manajemen yang baik, dan penegakan hukum yang adil, sudah lebih dari memadai,” kata Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, sebenarnya tidak perlu untuk membuat suatu penetapan kawasan tertentu khusus untuk membantu riset dan peningkatan produktivitas terhadap komoditas tersebut.
Hal itu, ujar dia, karena Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebetulnya sudah ada penyebutan untuk kawasan seperti itu, misalnya program minapolitan berbasis produk perikanan tertentu, dan sekarang juga ada program kampung ikan.
Untuk selanjutnya, ia menyarankan agar lebih ditingkatkan lagi pendampingan teknis kepada masyarakat dan pengembangan aspek kesejahteraan masyarakatnya supaya program jauh lebih bermanfaat dan berhasil sesuai target.
Sebelumnya, KKP menyebutkan bahwa komoditas rumput laut bisa digunakan untuk mengatasi sejumlah persoalan global seperti limbah plastik dan perubahan iklim, sehingga merupakan peluang bagi pengusaha sektor kelautan.
“Inovasi menjadi kata kunci dalam pengembangan produk turunan rumput laut,” kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Artati Widiarti.
Artati mencontohkan bahwa rumput laut bisa diolah menjadi bioplastik sehingga dapat mengganti kemasan plastik yang selama ini ada.