Pengolahan Komoditas Pertanian Tingkatkan Nilai Jual
Editor: Koko Triarko
Jalil menyebut, memasuki pertengahan Agustus ia bisa memanen talas dan jahe. Selain hasil pertanian itu, jenis melinjo dan pisang banyak dipanen dari hasil kebun. Kepastian serapan produk pertanian memberi sumber penghasilan harian, mingguan bahkan bulanan. Rata-rata setiap pekan ia menghasilkan ratusan ribu rupiah dari sejumlah produk pertanian.
Pasokan hasil pertanian dari desa di bagian atas menjadi berkah desa di bagian bawah lereng Gunung Betung.
Yuliwati, salah satu warga Desa Bernung, Kecamatan Gedong Tataan, menyebut sebagian wanita mengolah singkong, talas dan melinjo menjadi produk setengah jadi.
Singkong diolah menjadi kerupuk opak, eyek-eyek, kelanting hingga beras tiwul. Melinjo jadi emping, talas menjadi keripik. Bahan baku diperoleh dari petani setempat dan Desa Sungai Langka.
Potensi pengolahan kuliner setengah jadi, sebut Yuliwati didukung lokasi strategis. Berada di tepi Jalan Lintas Barat (Jalinbar) Sumatra, membuat usahanya menjanjikan. Hasil pertanian yang diolah menjadi produk kuliner setengah jadi lebih tahan lama. Pembeli dominan warga asal Bengkulu, Sumatra Selatan dan wilayah Lampung tujuan pulau Jawa.
“Kami olah singkong, melinjo, talas jadi produk kuliner setengah jadi, lalu bisa digoreng sebelum disantap,” ulasnya.
Sejumlah produk kuliner setengah jadi hasil pertanian terbukti meningkatkan nilai jual. Satu kilogram singkong yang dibeli seharga Rp3.000, bisa menjadi produk lain. Jenis kerupuk opak, kelanting, eyek-eyek bisa dijual per kemasan seharga Rp7.000.
Beras tiwul dijual Rp15.000 per kilogram dan produk lain dijual mulai harga Rp5.000. Hasilnya, setiap hari bisa mencapai puluhan hingga ratusan ribu rupiah.