Meski Memudahkan, tak Semua Pedagang di Bandar Lampung Terapkan Transaksi Digital
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Transformasi digital telah diterapkan dalam kegiatan usaha mikro kecil menengah di Bandar Lampung. Penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) telah digunakan, meski sebagian masih ada yang bertahan dengan transaksi uang tunai.
Nova Utari, salah satu pedagang skala kecil penjualan minuman cendol durian di kawasn jalan Ratu Dibalau, Kelurahan Way Kandis, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung, mengaku menggunakan transaksi kombinasi. Artinya, ia bisa melayani pembayaran tunai dan melayani pembayaran uang digital. Bekerja sama dengan penyedia jasa sistem pembayaran yang berafiliasi dengan QRIS, memudahkannya. Sebab, ia tidak harus banyak menyediakan uang tunai untuk kembalian.
Nova Utari mencontohkan, satu porsi minuman dijual Rp10.000. Normalnya ia harus menyediakan modal uang pecahan Rp2.000 sebanyak 100 lembar. Cara itu dilakukan sebelum memakai sistem transaksi QRIS.
Melalui transformasi dalam sistem pembayaran, belajar dari media sosial Bank Indonesia (BI), ia menerapkan QRIS. Dampak positifnya ia tidak kesulitan mencari uang kembalian.
“Prosesnya memang bertahap, tidak semua konsumen melek literasi keuangan digital, kalau generasi milenial dominan sudah paham, jadi tetap melakukan kombinasi sistem transaksi memakai uang tunai dan digital, demi melayani konsumen,” terang Nova Utari, Selasa (31/8/2021) sore.

Nova Utari mengaku lebih mudah memakai QRIS, meski sebagian pelaku usaha lain belum memakainya. Ia juga diuntungkan dengan transformasi penggunaan dompet digital (ewallet). Sejumlah platform jual beli yang saat ini digunakan untuk menawarkan produk berada dalam satu genggaman. Saldo yang berada di dompet digital miliknya juga mudah tercatat secara digital.