Laboratorium PCR mobile milik Kementerian Kesehatan yang didatangkan dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Makassar, Sulawesi Selatan, mulai dioperasikan di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Rabu (18/8/2021) - foto Ant
PARIGI – Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng), mulai mengoperasikan laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) bergerak milik Kementerian Kesehatan, untuk membantu memeriksa sampel dari pasien.
“Alat ini tiba di Parigi Moutong pada hari Minggu (15/8/2021) dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Makassar, Sulawesi Selatan, melalui jalur darat,” kata Sekretaris Daerah Sekretariat Pemkab Parigi Moutong, Zulfinasran, di Parigi, Rabu (18/8/2021).
Peralatan medis itu, untuk mempermudah kerja pemeriksaan sampel pasien COVID-19. Selama ini, sampel pasien kabupaten tersebut dikirim ke pusat laboratorium kesehatan di Kota Palu. Kehadiran peralatan tersebut, dapat meminimalisasi waktu tunggu pemeriksaan feses sekaligus mengefektifkan tes PCR. “Banyak kasus yang terjadi di rumah sakit pengambilan paksa jenazah karena belum ada hasil PCR. Dengan adanya alat ini, lebih mempermudah dan mengefektifkan kerja-kerja tim medis,” kata Zulfinasran.
Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong. Zulfinasran – Foto Ant
Laboratorium PCR mobile, dilengkapi dengan tenaga analis BTKLPP yang bertugas mengoperasikan peralatan hingga pengujian sampel. Laboratorium tersebut diperbantukan hingga tren kasus COVID-19 di Parigi Moutong menurun. “Tim analis BTKLPP meminta kepada kami agar melibatkan tenaga analis di Parigi Moutong untuk berkolaborasi,” ucap Zulfinasran.
Secara teknis, pemeriksaan sampel tes usap tidak membutuhkan waktu terlalu lama, atau hanya sekitar 4 jam, hasil PCR sudah bisa diketahui. Oleh karena itu, penempatan laboratorium PCR ini di satu titik tertentu supaya tidak mengganggu pengujian sampel.
Dengan demikian, mekanisme yang digunakan, sebagaimana kesepakatan pemerintah, bahwa tim surveilans maupun pihak rumah sakit menyetor sampel dari pasien ke dinas kesehatan, lalu petugas di instansi tersebut meneruskan kepada petugas laboratorium. Pada pemeriksaan tersebut, pemkab setempat mendahulukan sampel pasien kondisi kritis maupun pasien COVID-19 dengan gejala berat.
“Kami tidak menutup diri jika ada daerah lain mengirim sampel feses pasien mereka ke laboratorium ini, tetap dilayani karena peralatan ini milik negara,” katanya menambahkan.
Zulfinasran berharap, kehadiran laboratorium PCR mobile dapat mengefektifkan penanganan pasien COVID-19, termasuk kegiatan 3T (testing, tracing, dan treatmen). (Ant)