Kearifan Warga Kaki Gunung Betung Jaga Pertanian Ramah Lingkungan

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Menjaga kearifan lokal dalam penerapan pertanian ramah lingkungan dijaga warga kaki Gunung Betung sejak puluhan tahun silam. Ketersediaan lahan yang subur, sumber air melimpah dari Gunung Betung jadi pendukung kegiatan pertanian berkelanjutan.

Media tanam berbahan organik, sarana pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dilakukan mempertimbangkan kelestarian ekologis.

Sumarni, warga di Kelurahan Sukarame II, Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung berprofesi sebagai petani. Tinggal pada kawasan kaki Gunung Betung yang masuk wilayah Kabupaten Pesawaran membuat udara bersih, sejuk. Lingkungan perbukitan sebagian menjadi kawasan penyangga hutan lindung Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdulrachman. Pertanian berbasis tumpang sari jadi sumber penghidupan warga.

Memanfaatkan lahan untuk pertanian sayuran, perkebunan buah sebut Sumarni dilakukan dengan teknik ramah lingkungan. Ia menyebut petani juga dominan berprofesi sebagai peternak kambing, sapi dan unggas ayam serta bebek. Sebagian memanfaatkan melimpahnya air Gunung Betung sebagai sumber kolam budidaya ikan air tawar. Siklus saling berkaitan diterapkan untuk pertanian ramah lingkungan.

“Warga memanfaatkan lahan untuk bertani padi pada wilayah cekungan yang dialiri air, sebagian memanfaatkan lahan kering untuk budidaya sayuran dengan menggunakan media tanam sistem bedengan yang telah dicampur dengan kotoran ternak ayam, sapi dan kambing lalu penyiraman bisa memakai air kolam dari kotoran ikan memakai sistem kocor,” terang Sumarni saat ditemui Cendana News, Rabu (18/8/2021).

Sumarni bilang belajar dari generasi sebelumnya sang ayah yang bertani secara tradisional. Kearifan lokal bahkan diterapkan olehnya dengan memanfaatkan bahan pendukung sarana pertanian dari alam. Menanam jenis sayuran buncis rambat ia memakai lanjaran atau ajir bambu dan pelepah salak. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dilakukan melalui cara terpadu.

Lihat juga...