Festival Lima Gunung, Ekspresi Seni Warga Desa

Mereka yang mengikuti festival itu kemudian meneriakkan yel-yel “Rahayu!”.

Hadir pada putaran kedua festival itu, antara lain budayawan Magelang yang juga perintis Komunitas Lima Gunung, sekitar dua dasa warsa lalu, Sutanto Mendut, Kepala Desa Baleagung (Kecamatan Grabag) Nur Muhammad Solikhin, dan penari berasal dari Equador yang sekitar dua tahun terakhir di Indonesia, Cristina Duque.

Sejumlah mahasiswa Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta yang menjalani kuliah kerja nyata sebulan terakhir di dusun itu juga terlibat dalam menyiapkan penyelenggaraan putaran kedua Festival Lima Gunung XIX/2021 di tengah pandemi.

Lanjutan festival ditandai dengan kirab sekitar 20 anak dusun setempat yang masing-masing mengenakan masker dan membawa properti berupa gunungan wayang kontemporer.

Sedangkan Cristina, penari Komunitas Lima Gunung Lyra de Blaw dan Agus Gumuk Warangan, masing-masing mengenakan alat pelindung diri (APD) COVID-19 berperforma di sepanjang jalan sekitar satu kilometer dari rumah Kepala Dusun Sudimoro Sih Agung Praseyo, ke areal persawahan tepi dusun setempat.

Tak ada penonton festival sekitar 1,5 jam tersebut. Sejumlah warga setempat berdiri di depan rumah masing-masing menyaksikan kirab sederhana mereka.

Dalam balutan sajian performa seni oleh sejumlah seniman di areal sawah itu, mereka menyimak ungkapan dua anak, masing-masing Riski dan Reihan, tentang kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar masing-masing secara daring selama ini karena pandemi.

Dua di antara empat petani yang berperforma mencangkul sawah, masing-masing Akhadi dan Slamet Sutopo, mengungkapkan semangat petani tetap mengolah lahan pertanian demi memuliakan alam dan memperoleh penghidupan, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan, seperti hama dan penyakit tanaman, ketercukupan pupuk dan irigasi terutama saat musim kemarau, dan harga panenan yang sering anjlok.

Lihat juga...