Desa Kajowair Perangi ‘Stunting’ dan Galakkan KB
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Silvester mengakui, tahun 2021 tersisa 12 anak stunting dan dilakukan PMT selama 6 bulan, sementara ibu hamil 5 orang dan anak gizi kurang 5 orang ditangani selama 3 bulan.
Ia sebutkan, setiap hari telur dan ayam kampung dimasak di suatu tempat, lalu dibagikan untuk dikonsumsi oleh anak-anak dan ibu hamil setiap harinya.
Setiap orang kata dia, mengonsumsi telur sebutir dan daging ayam kampung yang telah dimasak di lokasi yang ditetapkan.
“Kita diwajibkan untuk konsumsi telur ayam kampung dan dagingnya sementara yang dijual di pasar tidak banyak dan belum tentu telurnya baik,” ungkapnya.
Untuk mengatasinya, kata Silvester, sejak tahun 2019 pihaknya menjalin kerjasama dengan Solideo Farm dan ini membantu karena membutuhkan telur ayam dalam jumlah banyak.
Selain itu lanjutnya, harga ayam kampungnya bisa lebih murah dan kualitas ayamnya bagus.
Ia menekankan, penanganan stunting ini kan bukan bagaimana soal PMT tetapi pola makan dan pola asuh di keluarga juga penting.
“Bisa tidak keluarga melanjutkannya di rumah. Kalau telur sehari sebutir mungkin bisa tapi kalau daging ayam kampung mungkin agak berat,” ucapnya.
Sementara itu Kepala Desa Wolomapa, Kecamatan Hewokloang, Marinus Moa mengatakan, program PMT ini sangat membantu walaupun tidak seberapa tapi harapannya anak stunting berkurang.
Marinus sebutkan apabila ada penambahan anak stunting maka perlu ada penelitian apakah ada faktor lain sehingga menyebabkan adanya stunting kembali.
Ia katakan, pihaknya hanya menangani di kekurangan gizi, sementara di hulu dan masalah lainnya pihaknya tidak mengetahui sehingga perlu ada penelitian agar bisa ditemukan masalahnya.