Tak Cukup Hanya Hijau, Hutan Indonesia Juga Harus Menjaga Biodiversitas
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
“Walaupun hijaunya sama tapi keanekaragamannya tidak sama. Saat suatu wilayah memiliki beragam spesies tentu akan berbeda jika hanya tinggal satu spesies saja. Contohnya, hutan digantikan tanaman sawit. Hijaunya sama tapi jumlah spesiesnya jelas berbeda,” kata Dedy.
Faktanya, pengeluaran izin HPH yang sudah dikeluarkan sejak 1990an secara agresif dan juga mengubah status hutan menjadi hutan produksi, menyebabkan deforestasi Indonesia dari 1990 hingga 2018 adalah sekitar 340 juta hektare.
“Kalau bisa disebut, kondisinya sudah kritis. Jika sudah terjadi yang namanya degradasi ekosistem artinya daya dukung akan runtuh, maka kelangsungan hidup pun akan terancam,” tuturnya.
Ia menyebutkan kebijakan saat ini lebih mengedepankan pertimbangan pertumbuhan ekonomi.
“Populasi manusia dan gaya hidup meningkat, yang terancam adalah hutan. Walaupun memang upaya memperbaiki dengan adanya Indonesian Biodiversity Strategy dan Action Plan 2015-2020, yang ujungnya memang menunjukkan bahwa sumber daya, baik manusia maupun data serta kelembagaan dan regulasi masih membutuhkan pembenahan dan peningkatan,” tuturnya lagi.
Pendirian kebun raya sebagai upaya untuk melindungi jenis tumbuhan lokal pun belum maksimal dan hanya lebih sebagai tujuan wisata dalam upaya mendapatkan income.
“Idealnya, kebun raya yang ada di tiap daerah menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi yang ada di daerah tersebut untuk mencapai tujuan penelitian dan pendidikan. Tapi faktanya, koordinasinya tidak begitu baik. Teori gampang, pelaksanaannya tidak mudah,” kata Dedy.
Dedy menegaskan, untuk menanam pohon pun, bukan hanya menanam saja. Tapi harus disertai dengan perawatannya.