Tak Cukup Hanya Hijau, Hutan Indonesia Juga Harus Menjaga Biodiversitas
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
JAKARTA — Keberadaan hutan bukan hanya dipandang sebagai bagian menjaga iklim tapi juga harus menjadi wadah menjaga keragaman spesies baik flora atau fauna. Bukan hijaunya saja yang dicari tapi fungsi sebagai lokasi megabiodiversitas.
Peneliti Pusat Kajian Tumbuhan Tropika, Universitas Nasional Jakarta, Prof. Dr. Dedy Darnaedi, MSc, menyatakan sekitar 13 juta hektare hutan per tahun mengalami deforestasi, yang mengakibatkan 12 hingga 20 persen emisi gas rumah kaca tidak dapat terserap, sehingga mempengaruhi iklim dunia.
“Ini menjadi alasan penting bagi Indonesia, sebagai wilayah yang secara geografis sangat strategis untuk terlibat aktif dalam menjaga hutan dan mencegah adanya perubahan iklim. Bukan hanya menjaga hijaunya saja, tapi juga menjaga keanekaragaman spesies di dalamnya,” kata Dedy dalam acara online kehutanan, Rabu (14/7/2021).
Data LIPI tahun 2019 menyebutkan, Indonesia memiliki 12 tipe vegetasi dengan 48-50 sub vegetasi. Dari 6.616 spesies yang tercatat di Asia Tenggara, 70 persennya adalah endemik spesies.
“Jadi bisa dibayangkan, tumbuhan yang ada di Indonesia ini hanya ada di Indonesia saja. Tersebar di Sunda Besar, yang meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan, Wallacea yang meliputi Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara, dan Paparan Sahul untuk Irian,” ucapnya.
Tapi sayangnya, memang inventarisasi spesies belum merata dan belum memadai.
“Kalau di Jawa, intensitas eksplorasinya tinggi. Sementara Kalimantan masih kurang, apalagi Irian. Bisa dikatakan, gelar megabiodiversity yang dimiliki Indonesia belum lah diikuti dengan kegiatan eksplorasi yang masif,” ucapnya.
Di tengah minimnya eksplorasi, upaya mengubah hutan tropika alami yang kaya keanekaragaman ini mengalami degradasi ekosistem, kepunahan spesies dan erosi genetika, sebagai akibat adanya kegiatan monokultur.