Irene dan Medina Mundur dari Piala Dunia Catur
Menurut Artsanti, dua pecatur Indonesia mundur itu merupakan pengejawantahan komitmen dari prinsip GENS UNA SUMUS (kita adalah satu keluarga) dalam catur. Kemanusiaan dan persaudaraan antar pecatur harus lebih diutamakan ketimbang prestasi itu sendiri.
“Bagi JAPFA, kemanusiaan merupakan nilai yang kami utamakan. Tentunya juga mendukung prinsip catur dunia GENS UNA SUMUS. Sesama pecatur adalah Saudara. Sebagai saudara wajib melindungi saudara lainnya,” kata Artsanti.
Meskipun para pecatur Indonesia harus terhenti di putaran kedua, JAPFA menilai kiprah Irine, Medina, dan Susanto patut diacungi jempol karena telah menyamai rekor legenda hidup catur Indonesia GM Utut Adianto yang dicatat di Tripoli, Libia, 17 tahun lalu.
“Yang pasti lolosnya mereka dari putaran pertama hal luar biasa, dan ini memberikan energi baru untuk komitmen kami mencari bibit pecatur muda Indonesia, salah satunya melalui pembinaan catur pada program JAPFA for Kids. Harapannya dari program ini bisa menghasilkan pecatur muda Indonesia yang berbakat di masa depan,” kata Artsanti Alif.
JAPFA adalah perusahaan yang telah mendukung prestasi olahraga catur Indonesia sejak lebih dari 20 tahun lalu.
JAPFA mulai berkiprah di dunia catur pada tahun 2000 dengan menggelar Tournament JAPFA Classic di Bali, yang menghadirkan Grand Master (GM ) top dunia, seperti GM Anatoly Karpov (Rusia), GM Jan Timman (Belanda), GM Yasser Seirawan (AS), GM Alexander Khalifman (Rusia), serta satu pecatur wanita jenius yakni GM Judit Polgar (Hungaria) yang kemudian tampil sebagai Juara.
JAPFA juga pernah membentuk tim catur harapan Indonesia dengan julukan “The Dream Team”. Inilah langkah awal pembinaan catur berjenjang di Indonesia, hingga akhirnya melahirkan Grand Master. Di putra ada GM Susanto Megaranto dan di putri WGM Irene Kharisma Sukandar yang meraih norma Granmaster wanita pertamanya pada, JAPFA Chess Festival ke-3 tahun 2008. (Ant)