Sektor Tambak Udang Berpeluang Serap Tenaga Kerja Musiman
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Musim panen udang putih atau vaname berlangsung setiap tiga bulan. Menyesuaikan masa tebar sejak benih atau benur sektor usaha perikanan budidaya itu ikut serap tenaga kerja. Sejumlah pekerja dengan beragam peran terlibat sejak awal budidaya hingga panen.
Nurhasan, salah satu pekerja menyebut ia memiliki tugas menjaga kolam untuk sirkulasi air, pemberian pakan dan perawatan.
Tenaga kerja yang kerap akrab disebut dalam dunia pertambakan sebagai anak kolam itu jadi orang kepercayaan pemilik tambak. Tugas mengharuskannya menginap di gubuk yang tersedia pada area tambak. Ia mengaku bisa mendapat gaji dari pekerjaannya itu lebih dari Rp1 juta belum termasuk bonus saat panen melimpah. Kedisplinan pemberian pakan, pembersihan residu pakan, hidupkan kincir jadi kunci sukses budidaya.
Selain dirinya saat mendekati panen, pekerja musiman akan diperlukan pada usaha tambak tradisional itu. Dibutuhkan sekitar belasan tenaga kerja musiman untuk pengurasan, menjala udang, pengepulan, pengangkutan hingga penyortiran. Sejumlah warga di sekitar tambak melakukan pekerjaan tersebut dengan arisan tenaga kerja. Tradisi saling membantu sekaligus jadi tenaga kerja musiman.
“Pengurasan air kolam kerap memakai dua hingga tiga mesin pompa sehingga lebih praktis, saat air kolam mulai surut dan udang terkumpul pada bagian cekungan tenaga kerja penjala siap memanen udang agar lebih cepat diangkut ke lokasi penyortiran,” terang Nurhasan saat ditemui Cendana News, Selasa (8/6/2021).
Nurhasan bilang dalam beberapa petak tambak udang yang dipanen secara total butuh empat hingga lima penjala. Setiap penjala udang membawa alat sendiri untuk bisa menangkap udang yang akan dipanen. Setiap penjala mendapat upah Rp50.000 serta masih mendapat jatah makan, minum serta diberi udang untuk dibawa pulang. Pekerjaan musiman ini berlangsung seperti siklus yang menguntungkan bagi pemilik tambak dan pekerja.