Sejak Zaman Airlangga Seniman Miliki Fungsi dalam Tatanan Kehidupan
Editor: Koko Triarko
Kelompok kedua adalah seniman yang berkaitan dengan seni rupa dan seni kriya.
“Di dalam kelompok ini, ada Manimpiki yang merupakan pengukir kayu, mangrumbai yang merujuk pada pengrajin rumbai-rumbai, pamanikan sebagai pembuat perhiasan, tpung kawung untuk perajin kain batik, juru kundi yang merujuk pada pemimpin pembuat kendi dan pamahat yang merupakan seniman pemahat,” urainya lagi.
Seniman Manilala drwyahaji kelompok kedua ini memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan istana. Mulai dari perhiasan keluarga kerajaan hingga produk kebutuhan istana serta mempermegah bangunan istana.
“Diinteprestasi dari berbagai prasasti, para seniman abdi dalem ini, kehidupannya dijamin oleh raja. Hasil pekerjaannya dianggap penting oleh kerajaan dan memanifestasikan kekuatan otoritas raja,” kata Ria, demikian ia akrab dipanggil.
Sementara Wargga Kilalan, merupakan seniman yang wajib membayar pajak, terdiri dari abanyol yang merujuk pada pelawak, kecaka penari tarian yang khas, tarimba penari tarian khusus, aringgit seniman yang berkaitan dengan wayang, awayang sebagai seorang dalang, mapadahi adalah seorang penabuh gendanh dan atapukan atau matapakan yang merupakan penari topeng.
“Dari uraian beberapa prasasti inilah, ditangkap bahwa kesenian rakyat yang populer saat itu adalah seni lawak, seni tari, musik dan wayang,” tuturnya.
Sehingga bisa dikatakan, berdasarkan prasasti yang diteliti, terlihat seniman memiliki fungsi yang cukup kuat dalam tatanan kehidupan di masa itu.
“Jika Manilala drwyahaji merupakan pelengkap kebesaran raja, maka Wargga Kilalan lebih kepada pelaku ekonomi yang menyokong perekonomian kerajaan dengan melakukan aktivitas seni secara profesional dan membayar pajak,” pungkasnya.