Produsen Harus Perhatikan Aspek Penting dalam Penciptaan Kemasan
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
“Jadi memang bekerjanya memang mundur. Sehingga end result-nya akan bisa tercapai,” urainya lagi.
Tuti menekankan, desain pada kemasan akan mempengaruhi konsumen. Misalnya, di Indonesia, orang jual kunyit asem di botol. Desainnya bergambar kunyit dan ada tulisan kunyit asemnya. Dijual dengan harga Rp8 ribu. Bandingkan dengan salah satu produsen di Amerika, sama-sama menjual kunyit asem, yang di Amerika itu namanya turmeric. Mereka tidak menjual turmeric di kemasannya. Mereka meletakkan logo perusahaan mereka, sebut saja X.
“Tapi mereka menekankan minuman mereka bagus untuk meningkatkan imunitas tubuh, dengan menuliskan ‘immunity blend’ di kemasannya. Jadi yang dibeli konsumen itu, minuman peningkat imun tubuh dan kepercayaan pada brand tersebut. Bukan kunyit asemnya,” papar Founder First Packaging Asia ini.
Pertimbangan yang juga harus dipikirkan oleh para pelaku UMKM adalah keekonomisan dari pilihan kemasan.
“Kemasan juga jangan yang ribet. Karena kalau merasa ribet dengan kemasannya, pembeli akan malas. Simple, harga sesuai dengan harga penjualan produk, produk terjaga dan yang paling penting menampilkan informasi yang sesuai dengan tujuan produk,” pungkasnya.
Technical Advisor PT. Elite Recycling Indonesia for R-HDPE Plastic Resin Development, Benny Rachmantio, dalam salah satu acara terkait kemasan minuman, menyatakan ada beberapa pertimbangan dalam industri air dan beverages. Yaitu kebutuhan pasar, nilai komersial, ide nomor satu di pasar dan tren.
“Walaupun dalam pasar minuman pelaku UMKM harus bertarung dengan pemain lama yang notabene juga pemain besar, tapi peluangnya tetap ada bagi produk yang unik, rasa enak dan kemasan yang unik dan tentunya sesuai dengan tren saat ini,” kata Benny.