Pemanfaatan Minyak Jelantah Atasi Masalah Energi dan Lingkungan

Bahan bakar alternatif ini hanya menghasilkan 2.661 gram karbon dioksida per galon ukuran 3,78 liter, sedangkan bahan bakar solar menghasilkan 12.360 gram karbon dioksida per galon.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mencatat Indonesia termasuk salah satu negara pengguna minyak sawit terbanyak di dunia, yakni 16,2 juta kiloliter per tahun, sehingga mampu menghasilkan potensi minyak jelantah 3 juta kiloliter untuk memenuhi 32 persen kebutuhan biodiesel nasional.

“Bahan bakar nabati biodiesel ini menjadi substitusi pengganti bahan bakar minyak yang bersumber dari energi fosil,” kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana.

Terdapat dua prinsip utama yang harus dipenuhi saat menjadikan minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel.

Pertama, kualitas minyak jelantah harus mencapai standar spesifikasi biodiesel, artinya murni minyak jelantah tidak dicampur bahan lain seperti oli bekas. Ke dua, punya nilai keekonomian tinggi dan dapat diimplementasikan.

Pemanfataan minyak goreng bekas menjadi biodiesel merupakan cara yang tepat saat ini, untuk memperkuat ketahanan energi nasional, menyelamatkan lingkungan dari bahaya limbah, serta memangkas kuota impor bahan bakar fosil.

Jangan biarkan minyak jelantah meracuni tumbuhan dan ikan-ikan di sungai, karena limbah ini dapat diolah menjadi energi alternatif yang bersih dan aman bagi lingkungan. Salam lestari! (Ant)

Lihat juga...