Pemanfaatan Minyak Jelantah Atasi Masalah Energi dan Lingkungan

Total dana yang dikelola dari satu dirigen ukuran 18 liter senilai Rp135 ribu. Dana itu dipakai untuk program sosial pemberdayaan masyarakat, bantuan rumah ibadah hingga santunan anak yatim piatu.

Minyak jelantah yang telah terkumpul dari warga kemudian dikirim ke Eropa untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif berupa biodiesel 100 persen yang familiar dikenal B100.

Harga minyak jelantah dibanderol Rp8.000 per liter, setelah menjadi B100 harganya naik Rp22.000 per liter.

“Di Eropa sangat gencar penggunaan bahan bakar rendah emisi. B100 masuk ke dalam kategori emisi karbon paling rendah,” kata Afiq.

Biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang terdiri dari campuran senyawa methyl ester dari rantai panjang asam lemak yang diperuntukkan sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel.

Sejauh ini, Indonesia belum memanfaatkan potensi minyak jelantah secara maksimal untuk bahan baku pembuatan biodiesel, tetapi masih menggunakan minyak sawit mentah atau crude palm oil.

Pemerintah memilih minyak sawit karena pembudidayaanya sudah mapan, dan mengingat posisi Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar ke dua di dunia.

Implementasi kebijakan mandatori pemanfaatan bahan bakar nabati telah menciptakan pasar biodiesel di Indonesia yang tumbuh signifikan, terhitung sejak awal riset pada 2008 hingga 2020.

Data akhir tahun lalu menunjukkan jumlah produksi biodiesel di dalam negeri mencapai 8,5 juta kiloliter.

Pemerintah menargetkan angka penyaluran biodiesel sebanyak 9,2 juta kiloliter pada tahun ini, yang bertujuan menjaga stabilitas harga minyak sawit di dalam negeri.

Keberhasilan memproduksi biodiesel itu sekaligus menempatkan posisi Indonesia sebagai negara yang diperhitungkan dalam pasar biodiesel dunia, melampaui Amerika Serikat, Brazil, maupun Jerman.

Lihat juga...