Mokblek, Kopi Kampung dan Mimpi Jadi Berkat Bagi Sesama
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Ia katakan membangun kedai kopi di kampung dan jauh dari keramaian agar ada perubahan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya yang wilayahnya sangat tertutup dan orang jarang melewatinya.
“Saya berharap dengan kehadiran kedai ini pembeli bisa datang dan berdampak bagi ekonomi masyarakat sekitar saya. Pembeli juga bisa datang melihat kebun dan membeli hasil pertanian warga,” ucapnya.
Segelas hanya dijualnya Rp5 ribu dan pengunjung pun bisa membuat sendiri dan merasa seperti di rumah sendiri biar lebih nyaman.
“Semua makanan ringan disiapkan warga sekitar tanpa ada pungutan biaya apapun karena saya senang bisa membantu masyarakat sekitar. Saya ingin memadukan bisnis dan sosial kemasyarakatan,” terangnya.
Sebagai pramuwisata dan terjun ke dunia bisnis sebab jiwanya di pariwisata dan yang mana setiap kali mengantar wisatawan ia sudah mengetahui berapa uang yang didapat.
“Kalau di wirausaha kita belum mengetahui pasti berapa pendapatan kita. Tetapi saya harus terus bergerak maju. Sebelum pandemi Corona usaha saya maju namun kini kedai baru dibangun di desa jadi belum terlalu ramai,” ucapnya.
Bagi Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Manengah Kabupaten Sikka (AkuSikka), Sherly Irawati, Mokblek adalah kopi yang tumbuh dari kehidupan gadis kampung yang sederhana.
Sherly katakan, dengan hadirnya Mokblek, Elis ingin mengangkat budaya minum kopi ala masyarakat kampung dimana diolah dengan cara sederhana.
“Kopi digoreng di tungku kayu api menggunakan periuk tanah.Tapi justru itu aroma kopi kampung ini menjadi berbeda dengan yang digoreng menggunakan mesin,” ujarnya.
Menurut Sherly, Mokblek bukan kopi murahan walaupun diolah secara tradisional, tetapi pemilik brand mempunyai konsep yang kuat dalam menjual produk kampung ini.