Wajik Kletik, Camilan Khas Warga Wates di Hari Raya

Editor: Maha Deva

Wajik kletik, kudapan khas lebaran warga Wates, Kulonprogo, DIY - Foto Jatmika H Kusmargana

YOGYAKARTA – Anda pernah dengar Wajik Kletik? Jika belum, cobalah mampir ke Yogyakarta. Di momentum hari raya Idulfitri atau biasa disebut lebaran seperti sekarang ini, Wajik Kletik akan dengan mudah ditemui. 

Sebagai salah satu jajan pasar tradisional, Wajik Kletik, saat ini menjadi camilan yang sudah mulai jarang ditemui. Namun, di hari-hari lebaran, camilan satu ini akan banyak disuguhkan, sebagai menu hidangan khas yang tak boleh dilewatkan.

Bagi yang belum pernah mendengar, Wajik Klethik merupakan makanan tradisional Jawa, yang terbuat dari  ketan dan kelapa muda. Bahan tersebut di masak dengan gula, sehingga menjadi keras. Memiliki cita rasa manis dan legit, sepintas Wajik Kletik mirip dengan makanan tradisional seperti geplak. Apalagi dari sisi tampilan, kedua makanan ini juga sangat mirip, berbentuk kecil-keci sertal corak yang warna-warni.

Lalu apa yang membedakan kedua makanan tradisional ini? Tentu saja yang pertama adalah dari sisi cita rasa. Meski sama-sama didominasi rasa manis, Geplak memiliki tekstur yang lebih lunak atau pulen. Sementara Wajik Kletik memiliki tekstur krenyes-krenyes atau dalam bahasa jawa Kletik-kletik.

Kris (56), salah seorang warga Wates, Kulonprogo yang menjadi pembuat Wajik Kletik – Jurnalis Jatmika H Kusmargana

Tekstur khas pada Wajik Kletik ini berasal dari ketan yang merupakan bahan baku utama pembuatan makanan, yang banyak ditemui di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Tak heran masyarakat menamai makanan satu ini dengan Wajik Kletik.

Selain rasa, hal yang membedakan Wajik Kletik serta Geplak adalah cara penyajiannya. Meski sama-sama bercorak warna-warni, Corak yang terlihat pada Wajik Kletik sebenarnya berasal dari pembungkusnya, kertas minyak, yang sudah menjadi ciri khas Wajik Kletik sejak dahulu kala.

Lihat juga...