Rempah Buah Pala, Investasi Hijau Petani Lamtim
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
LAMPUNG — Berbagai cara digunakan petani agar dapat memiliki investasi hijau yang dapat memberikan keuntungan di masa mendatang. Salah satunya tanaman rempah buah pala yand dapat dibudidayakan dengan sistem tumpang sari.
Hardianto, warga Girimulyo, satu desa di Lampung Timur menyebutkan, tanaman bernama ilmiah Myristica fragrans cukup mudah dibudidayakan dengan sistem generatif memakai biji. Setelah disemai dan media tanam pada kebun, bisa berbuah di usia 5-7 tahun.
Pohon pala sebut Hardianto dengan kualitas bagus memiliki ketinggian dua meter saat panen perdana. Produktivitasnya mencapai 10 hingga 20 kilogram per pohon dan semakin tinggi produksi buah bisa mencapai 50 hingga 60 kilogram.
“Kunci produksi buah meningkat bisa dicapai dengan sistem pemupukan, penyiraman pada tanaman sehingga produksi buah menghasilkan kuantitas yang diharapkan,” terang Hardianto saat ditemui Cendana News, Senin (10/5/2021).
Hardianto bilang investasi pada tanaman pala dilakukan dengan membeli ratusan bibit. Ia mendatangkan bibit dari petani di wilayah Gisting, Kabupaten Tanggamus. Investasi untuk modal bibit dan penyiapan lahan mencapai Rp5juta. Setelah memasuki tahun kedua panen ia sekali panen bisa mendapat minimal hasil Rp1juta.
Hardianto juga bilang telah melirik potensi hasil dari budidaya pala. Ia melakukan proses pembibitan untuk dijual. Memiliki harga sekitar Rp10.000 hingga Rp20.000 per batang ia mendapat hasil sampingan dari budidaya pala. Normalnya hasil panen berupa biji pala kering dijual Rp36.000 hingga Rp40.000 per kilogram. Selaput merah pala bisa dijual Rp200.000 hingga Rp225.000 per kilogram.