Musim Kemarau, Peternak Jangkrik Hadapi Potensi Gagal Panen
Editor: Koko Triarko
YOGYAKARTA – Perubahan suhu secara drastis yang biasa terjadi selama musim kemarau seperti sekarang ini, wajib menjadi perhatian serius dari para pembudidaya jangkrik di sejumlah wilayah. Hal itu tak lepas karena perubahan suhu secara drastis, menjadi salah satu faktor paling berpengaruh yang dapat meningkatkan risiko kematian pada ternak jangkrik, yang berujung pada gagal panen.
Salah seorang pembudidaya jangkrik, Agus Dwinanto (26), warga dusun Nglotak, Kaliagung, Sentolo, Kulon Progo, menyebut risiko kematian ternak jangkrik bisa meningkat hingga 30-60 persen selama musim kemarau. Perubahan suhu secara drastis pada siang dan malam hari menjadi penyebabnya.
“Di musim kemarau seperti sekarang ini, biasanya cuaca siang hari sangat panas. Sementara saat malam sangat dingin. Sehingga akan sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan ternak jangkrik,” ujarnya belum lama ini.
Risiko kematian akibat perubahan suhu secara drastis ini biasanya terjadi pada ternak jangkrik yang masih berusia muda, antara 16-20 hari. Pada usia tersebut, anakan jangkrik belum memiliki kekebalan tubuh serta kemampuan adaptasi yang baik terhadap kondisi cuaca.
“Sebabai langkah antisipasi, para peternak harus berupaya menstabilkan kondisi suhu yang ada. Bisa dilakukan dengan cara memperbanyak intensif penyemprotan kandang menggunakan air pada saat siang hari cuaca terik. Hal ini bertujuan agar kelembapan serta suhu tetap terjaga,” katanya.
Selain rutin menyemprotkan air pada media maupun kandang ternak, peternak juga bisa melakukan upaya pencegahan lainnya. Yakni, menjaga kondisi kesehatan ternak jangkrik dengan pemberian asupan pakan yang cukup.