Marning, Kuliner Renyah yang Disukai Warga Lamsel
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Ia membuat marning dari jagung manis dengan bahan sebanyak 10 kilogram. Sebab sebagian marning akan dipergunakan sebagai oleh-oleh bagi kerabat yang berasal dari Jakarta.
Tahap selanjutnya ungkap Suyatinah, jagung yang telah kering akan digoreng. Proses penggorengan marning harus memakai teknik minyak goreng yang panas. Tujuannya agar marning bisa mengembang sehingga tekstur lebih lembut dan renyah. Setelah proses penggorengan, tiriskan marning agar minyak tidak tersisa pada marning.
“Setelah marning kering tahap selanjutnya pemberian rasa pedas, manis, gurih sesuai selera atau original tanpa diberi tambahan rasa,” ulasnya.
Marning yang telah dibuat sebut Suyatinah selanjutnya akan disimpan dalam wadah kedap udara. Tujuannya agar lebih awet dan tetap terjaga tekstur lembut dan renyah.
Kuliner marning dengan pengolahan tepat sebutnya bisa menjadi varian kuliner tradisional untuk camilan. Saat lebaran Idulfitri marning jadi sajian penambah varian kue bagi para tamu.
Siti Suwarni, warga Desa Gandri, Kecamatan Penengahan menyebut memakai jagung untuk membuat marning. Ia lebih menyukai marning yang diberi bumbu gurih dari penyedap rasa.
Sajian marning sebutnya akan lebih renyah dengan proses perendaman selama dua hari. Setelah perebusan pengeringan dilakukan selama dua hari untuk meningkatkan pengawetan.
“Setelah kering marning bisa digoreng untuk selanjutnya diberi rasa balado sesuai selera anak-anak,” ulasnya.
Meski kuliner tradisional, Siti Suwarni menyebut marning tetap digemari anak-anak. Ia bahkan menyebut marning tidak hanya sajian saat lebaran bagi tamu dan keluarga.
Ia memilih menjadikan marning sebagai sumber mata pencaharian. Marning yang dibuat dengan varian rasa pedas, manis, gurih dikemas ukuran kecil. Hasilnya dijual ke sejumlah warung sebagai camilan.