Mitigasi Bencana di Flores Timur Dinilai Masih Minim
Editor: Makmun Hidayat
LARANTUKA — Direktur Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS), Melky Koli Bara, menilai pelaksanaan migitasi bencana di Flores Timur masih minim, sehingga sering terjadi bencana yang menimbulkan banyak korban jiwa berjatuhan.
“Kalau korban jiwanya banyak maka mitigasi bencananya tidak berjalan. Tapi kalau mitigasi bencananya berhasil maka saat terjadi bencana, korban jiwa minim,” kata Melky Koli Baran saat ditemui di kantornya di Larantuka, Rabu (14/4/2021).
Melky mengatakan, hampir semua desa yang berada di Kecamatan Ile Boleng dan terletak di lereng gunung berisiko terkena bencana banjir lahar panas dan banjir lahar dingin.

Dia menjelaskan, potensi terjadi banjir lahar panas bisa terjadi meningkat karena status Gunung Api Ile Boleng masih aktif hingga saat ini di mana pernah mengalami letusan sekitar tahun 1970-an.
“Untuk mencegah agar bencana banjir tidak menelan korban jiwa maka jalur air harus terbebas dari permukiman. Lebar jalur air pun minimal 8 meter dan rumah-rumah harus jauh dari jalur banjir,” pesannya.
Selain itu tambah Melky, perlu dibangun tanggul, turap bahkan bisa sampai kepada merelokasi warga dari lokasi yang rentan bencana namun solusi ini memang paling sulit terlaksana.
Ia menegaskan, semua harus peduli terhadap ancaman bencana karena kampung-kampung di Adonara rentan sekali terkena banjir bandang dan longsor sehingga mitigasi bencana segera dilakukan.
“Harus ada kemauan dari pemerintah dan masyarakat agar bisa terbebas dari ancaman bencana yang menelan korban jiwa. Kalau mitigasi bencana tidak dilakukan maka korban jiwa pasti akan banyak ketika bencana melanda,” tuturnya.