Mengenang Ki Nartosabdo, Dalang Fenomenal Semarang

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

SEMARANG – Sebuah patung perunggu setinggi 170-an sentimeter atau jika diukur dari pondasi bawah, total tingginya 3,5 meter, berdiri kokoh di Jalan Haji Agus Salim Semarang. Tepatnya persis di depan Hotel Metro Semarang atau di seberang alun-alun lama Kota Semarang.

Bukan sosok sembarangan, yang diabadikan dalam patung perenggu yang memiliki berat kurang lebih 70 kilogram tersebut.

Dia merupakan, Ki Nartosabdo, seniman besar di Indonesia asal Klaten, yang telah memberikan sumbangsih pada karya seni yang ada, khususnya pada budaya Jawa.

Termasuk, dalam seni pewayangan. Karya-karya Ki Nartosabdo antara lain cerita-cerita gubahan seperti Dasa Griwa, Mustakaweni, Ismaya Maneges, Gatutkaca Sungging, Gatutkaca Wisuda, Arjuna Cinoba, Kresna Apus, hingga Begawan Sendang Garba.

Dalang muda asal Semarang, Ki Sindhunata Gesit Widiharto saat ditemui di Semarang, Minggu (4/4/2021). Foto: Arixc Ardana

“Ki Nartosabdo, yang kalangan para dalang, disebut Mbah Nartosabdo, menjadi barometer dan tolok ukur terkait ontowecono, atau teknik vokal pada setiap karakter wayang, hingga gending-gending (musik dalam permainan pewayangan) bagi kita, para dalang,” papar dalang muda asal Semarang, Ki Sindhunata Gesit Widiharto di Semarang, Minggu (4/4/2021).

Apalagi, bagi dalang muda, seperti dirinya, semuanya berkiblat kepada Ki Nartosabdo. “Mbah Nartosabdo ini, juga salah satu dalang yang melakukan pembaruan, dalam teknik pedalangan, dengan menggabungkan antara gaya Solo (Surakarta), Yogyakarta dan memasukkan genre dari Banyumasan,” terangnya.

Lihat juga...