Mengembalikan Air ke Perut Bumi, Inovasi Teknologi Penanganan Banjir
Teknologi ramah banjir ini menggunakan rangkaian pipa pralon yang disambung untuk mengalirkan air permukaan ke bawah tanah. Untuk mencapai kedalaman ideal sebelum dilakukan pengeboran, dibuat tes sondir untuk mengetahui daya dukung tanah.
Kemudian yang tak dipikirkan dalam sistem drainase vertikal termasuk biopori, adalah kemungkinan dinding tanah luruh sehingga mengakibatkan sumbatan yang menghambat air masuk ke dalam tanah.
Badran menjelaskan, sistem ini dirancang sedemikian rupa sehingga kecil kemungkinan terjadinya penyumbatan. Bahkan, air dipermukaan terlebih dahulu melalui berbagai proses penyaringan sehingga yang masuk ke dalam tanah benar-benar air yang bebas partikel.
Badran juga menyampaikan, teknologi ramah banjir ini sudah melalui rangkaian uji coba sebelumnya. Salah satunya biaya operasi dan pemeliharaan. Setelah dihitung-hitung dengan sistem filter yang dibuat tidak butuh biaya dan waktu untuk perawatan.
Cukup menggunakan tenaga PPSU (pasukan oranye) yang sudah ada untuk melakukan perawatan. Perawatan juga tidak perlu menggunakan peralatan maupun keahlian khusus. Kendaraan pengangkut sampah berikut peralatan sudah cukup agar filter tetap terjaga untuk mengalirkan air.
Berdasarkan uji coba, teknologi ini mampu menggelontorkan air ke dalam perut bumi dengan cepat. Sehingga saat musim hujan menjadi tabungan bagi air tanah. Sedangkan di saat kemarau dapat menjadi sumber air bersih bagi masyarakat Jakata yang masih menggunakan pompa.
Teknologi ramah banjir ini dapat diterapkan untuk wilayah-wilayah yang selama ini tergenang banjir. Untuk daya tampungnya dapat disesuaikan dengan debit air yang datang saat daerah itu banjir.