Mengembalikan Air ke Perut Bumi, Inovasi Teknologi Penanganan Banjir

JAKARTA – Berbagai inovasi pengendali banjir telah diterapkan di DKI Jakarta mulai sistem polder, embung, kolam olakan, sumur resapan hingga kanal dan waduk, namun pada kenyataannya semua itu belum sepenuhnya efektif mengatasi persoalan tersebut.

Bagi warga yang kediamannya bertetangga dengan 13 sungai di Jakarta, banjir sudah menjadi hal biasa. Setiap kali curah hujan tinggi warga berbondong-bondong pindah ke lokasi-lokasi pengungsian menjadi pemandangan lazim di Ibu Kota negara ini.

Ketua Forum Alumni Pengairan (FAP), Dr. Ir. Hari Suprayogi, M.Eng., mengungkapkan persoalan banjir hanya dapat diselesaikan bila 13 sungai yang masuk ke dalam wilayah DKI dikembalikan fungsinya dengan konsekuensi hunian yang berada di bantaran harus direlokasi.

Fungsi sungai seharusnya dapat mengalirkan air dari hulu ke muara dengan lancar. Namun seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan tata ruang di sepanjang sungai, yang membuat debit air menjadi ekstrem, yakni mengering di saat kemarau dan meluap saat hujan.

Kerusakan sungai-sungai di DKI Jakarta saat ini sedang dalam penanganan. Upaya yang dilakukan di antaranya dengan mengembalikan lebar dan ke dalaman sungai, mengurangi sedimentasi serta memanfaatkan seoptimal mungkin aliran sungai agar tak seluruhnya terbuang ke laut.

Pemerintah tengah mempercepat pembangunan Bendungan Ciawi, Kabupaten Bogor dan Sukamahi, Kabupaten Sukabumi. Kehadiran bendungan merupakan ikhtiar untuk mengubah daya rusak air menjadi kemaslahatan umat manusia.

Tak cukup dengan itu. Di sepanjang aliran sungai juga harus tersedia infrastruktur pengendali banjir dengan sistem drainase dan polder yang mumpuni.

Lihat juga...