Menengok Kearifan Lokal Warga Hilir Menjaga Way Balau

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Tinggal di hilir sungai memiliki risiko terimbas banjir kala musim penghujan. Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung (BBWSMS) pun melakukan rehabilitasi daerah aliran Sungai Way Balau dengan membuat talud bronjong kombinasi kawat dan batu.

Bronjong tersebut menjadi penahan luapan saat banjir musim penghujan dan pasang air laut penyebab banjir rob. Kearifan lokal masyarakat sekitar sungai juga jadi kunci menghindari banjir.

Demikian diungkapkan Sukirno, warga Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandarlampung di tepi Way Balau. Dalam bahasa Lampung way bermakna sungai. Way Balau jadi salah satu sungai bermuara ke Teluk Lampung sumber kehidupan nelayan setempat.

Sukirno menyebut kolaborasi menjaga sungai dilakukan secara buatan dan alami. Sejak puluhan tahun silam warga bantaran sungai memanfaatkan sistem rekayasa hayati (bioengineering). Penanaman pohon penyerap air sudah dilakukan sesuai kebutuhan. Jenis pohon multifungsi tersebut berupa kelapa, ketapang, sukun, api api, kelor hingga tanaman cerry. Perakaran kuat ikut menjaga bantaran sungai dari abrasi.

“Bagi masyarakat yang dominan menggantungkan hidupnya sebagai nelayan, sungai memiliki fungsi krusial sebagai akses antara laut memakai perahu dan sejumlah tanaman tepi sungai jadi tempat tambat, penahan longsor hingga bisa dipanen bagian buah untuk keberlangsungan hidup,”terang Sukirno saat ditemui Cendana News, Rabu (28/4/2021).

Sukirno, salah satu nelayan bagan congkel memanfaatkan pohon ketapang sebagai tali tambat perahu di muara Sungai Way Balau, Kota Karang, Teluk Betung Barat, Bandar Lampung, Rabu (28/4/2021). -Foto Henk Widi
Lihat juga...