Chile Bela Penggunaan Vaksin Sinovac

Presiden Chile, Sebastian Pinera, menyaksikan para petugas membawa kotak vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 ke helikopter, di Bandara Internasional Santiago, Chile, Kamis (31/12/2020) - foto Ant

SANTIAGO – Otoritas Chile, mendukung penggunaan luas vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan China, Sinovac. Hal itu diungkapkan, setelah seorang pejabat tinggi bidang kesehatan China, yang sempat membuat pernyataan simpang siur terkait kemanjuran vaksin itu.

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Gao Fu mengatakan, negaranya berencana untuk mencampur vaksin COVID-19 mengingat vaksin yang tersedia saat ini tidak memiliki tingkat pelindungan yang begitu tinggi. Kemudian dia mengatakan dalam wawancara dengan media negara bahwa komentarnya salah dimengerti. Data yang tersedia menunjukkan vaksin China tertinggal di belakang vaksin lain, termasuk Pfizer dan Moderna, terkait kemanjuran.

Namun, vaksin itu membutuhkan kontrol temperatur yang lebih feksibel dalam penyimpanannya. Dalam uji coba klinis Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinovac China di Brazil, ditemukan bahwa kemanjurannya hanya sedikit di atas 50 persen.

Studi nyata yang dilakukan oleh Universitas Chile soal vaksinasi dan penularan menyebut, vaksin itu memiliki efektivitas sebesar 54 persen untuk mengurangi infeksi. Chile membayar 3,5 juta dolar AS untuk melakukan uji klinis terhadap vaksin, dan telah memesan 60 juta dosis untuk diberikan pada populasi sebesar 18 juta orang dalam waktu tiga tahun.

Negara tersebut secara garis besar telah bergantung pada vaksin Sinovac, serta vaksin Pfizer dalam jumlah lebih kecil, untuk menjalankan gerakan vaksinasi. Sejauh ini, sebanyak 4,6 juta orang telah diinokulasi lengkap dengan dua dosis dan 7,2 juta orang telah menerima satu suntikan.

Chile juga menandatangani kesepakatan untuk pasokan vaksin dari perusahaan obat-obatan Johnson & Johnson serta AstraZeneca. Namun, perjanjian itu belum terwujud akibat pasokan terganggu.

Lihat juga...