Burung Hantu Pemburu Tikus di Lahan Pertanian, Terancam Punah
Editor: Makmun Hidayat
JEMBER — Keberadaan burung hantu sebagai pembasmi alami pada lahan pertanian hingga mampu meminimalisir serangan hama tikus mencapai sekira 70 persen, kini terancam berkurang populasinya dan berdampak pada lahan pertanian.
Syafira, akademisi Prodi Bioteknologi Universitas Jember mengatakan, hilangnya populasi burung hantu berdampak pada lahan pertanian. Tikus merupakan bahan makan burung hantu. Menurutnya hilangnya pemangsa tikus akan berdampak populasinya semakin meningkat.
“Perkembangan tikus lebih cepat daripada perkembangan populasi burung hantu. Semakin kecilnya keberadaan burung hantu menyebabkan semakin bertambahnya serangan hama tikus pada lahan pertanian milik petani. Akibatnya bisa berdampak gagal panen,” ujarnya di Jember kepada Cendana News, Senin (5/4/2021).
Ia menambahkan, tikus merupakan hama padi. Membiarkan populasi burung hantu mampu mencegah perkembangan hama di lahan pertanian, sebab burung hantu merupakan musuh alami tikus.
Menggunakan racun untuk membasmi populasi tikus sama artinya dengan membasmi populasi burung hantu. Sebab racun tidak membuat tikus cepat mati, melainkan masih bisa hidup beberapa waktu lagi.
“Tikus yang sudah terkontaminasi oleh racun mampu bergerak beberapa waktu lagi. Akibatnya saat tikusnya dimangsa oleh burung hantu, membuat burung hantu juga ikut terbunuh,” ucapnya.

Terpisah Sudarsono dari Kelompok Tani Makmur, menyatakan, keberadaan populasi burung hantu tidak lagi sebanyak saat dulu. Hal itu dapat diketahui dari jejak pagopon yang sudah jarang didatangi burung hantu.