Dan dari peristiwa Ibrahim ini, Allah memberitahu manusia akan ada dua sifat dari api, yakni sifat panas dan sifat dingin. Sehingga tidaklah mengherankan jika di era teknologi manusia mampu membuat mesin pemanas dan sekaligus mesin pendingin dengan memanfaatkan arus listrik yang sama.
Hal yang sama dialami oleh Nabi Yunus ketika Nabi Yunus di telan ikan raksasa dan di bawah ke dasar samudera selama 40 hari. Pada hakikatnya peristiwa tersebut juga memiliki kemiripan kisah dimana Yunus telah dirundung kemalangan akibat penolakan kaumnya, lalu dengan patah hati dia meninggalkan kaumnya. Sekiranya Allah tidak menolongnya tentulah ia termasuk orang yang merugi.
Demikian halnya dengan peristiwa “diangkatnya” Nabi Isa dari kejaran pasukan Romawi lalu Allah mengelabui pasukan Romawi itu dengan membuat mereka melihat Yudas seolah melihat Nabi Isa, sehingga Yudas lah yang ditangkap dan dibawa ke tiang salib, sementara Nabi Isa telah meninggalkan tempat yang dikepung oleh tentara Romawi itu tanpa sepengetahuan mereka.
Demikianlah, Allah mengisahkan pengalaman hamba-hamba-Nya yang terdahulu agar menjadi pelajaran yang mengandung hikmah bagi orang-orang yang beriman. Serta menjadi hukuman bagi mereka yang kafir kepada Allah.
Dari peristiwa Isra Mi’raj ini beberapa hikmah dapat kita ambil antara lain, pertama, siapa pun yang mengatakan diri mereka sebagai hamba Allah, pasti Allah akan uji dengan ujian yang sangat berat, hingga pernyataan kehambaan itu benar-benar murni semata karena Allah.
Untuk itu, Allah akan memisahkannya dengan semua hal yang terkait dengan urusan duniawi, membebaskannya dari ketergantungan kepada makhluk. Allah akan mengambil apapun yang dicintainya selain Allah. Sebab itu, Nabi Muhammad saw berpesan, jika engkau mengatakan “Aku mencintai Allah” bersiaplah untuk menjaga rahasia. Dan jika engkau mengatakan “Aku mencintai Muhammad saw”, bersiaplah untuk menjalani kefakiran.